Wednesday, December 21, 2011

...really, ups... :)


“Ako kok malah nggak seneng i loh Atunaa, kalau kamu gituin…”

Ups. Saya waktu itu sempat bingung kenapa teman saya ngomong gitu waktu saya bilang, “Semangat yah, skripsinya…”

Ah, jleb. Jleb. Saya langsung minta maaf, dan melucu (tapi garing) di depan dia. Tiba-tiba saya jadi keinget diri saya sendiri, kalau ada yang menyemangati saya atau orang yang memberi saya targt-target tertentu ke saya, saya juga malah jadi sebal. Ehm, nggak semuanya. Dalam artian, kadang, saya mikir gini, “Ni orang ngapain deh, pake kasih-kasih saya target tertentu, tapi dianya cuma gitu doang nggak bantu saya, padahal dia tahu, saya kesulitan.”

Itu kali yah yang ada di pikiran teman saya kemarin.

Saya nggak berpretensi apa-apa atau menganggap bahwa dia sangat down hingga perlu disemangati sedemikian rupa. Enggak. Karena sesungguhnya, di sisi lain, ketika saya banyak ngobrol dengan orang, dan saya memberikan semangat, kadang saya sempet ngrasa, kalau itu juga cara saya buat menyemangati diri saya sendiri.

Entahlah.

Saya nggak ngerti. Beberapa kali saya coba ngobrol dengan teman sekelas atau seprodi saya, bahkan kakak tingkat, kok saya menemukan satu kesamaan, entah ini cuma anggapan negatif kita atau emang gitu adanya. Bahwa, nyelesein skripsi di jurusan kita kok rada sulit yah. Saya nggak bilang sulit, tapi juga nggak bilang ini mudah. Atau kalau mau rada sarkas, saya pengen bilang, atau kitanya aja yang bodoh?

Tapi seorang kakak kelas saya langsung bilang ke saya, “Bukan, banyak diantara kita itu bukan orang bodoh”. Iya sih, nggak, saya aja yang berlebihan. Teman-teman di sekitar saya bukan orang-orang bodoh deh. Justru mereka sangat luar biasa merespon banyak hal di sekitarnya. Tapi kadang, belum ada teori buat masalah dia. Gitu, gitu. Bahkan ada gitu, yang sampai dibilang, itu masalah skripsi kamu terlalu sulit untuk anak s1, ganti aja. Atau, itu masalah kamu bukan buat level s1. Jangan pakai mix theory dulu. Aduh, lah?? Nggak kayak saya yang cari aman buat masalahnya, tapi tetep njlimet. Karena kadang saya dikejutkan dengan hal-hal seperti ini: aduh, kalau masalah fesyen siapa yang ahli yah? Ah, teretetet. Moso aku pindah kuliah di esmod sik???

Lalu dia mencoba membuat list kenapa ini semua terasa begitu sulit. Pertama, bidang ilmu kita terlalu luaaaas. Menyebabkan kita kadang kebingungan sendiri ini kita mau ngapain (loh, berati ini kitanya dong???). Kedua, semua penelitian di bidang kita itu berhubungan dengan kehidupan sosial yang luas, kita harus banyak bahan untuk meneliti ini, jadi harus banyak baca, tapi kita masih jarang baca (berati, ini kitanya lagi doooong???!!). Nah, baru deh, ketiga, ehm, dosen kita, ehm, mereka belum semuanya terbuka pada hal-hal baru itu. Keempat, yah, kembali lagi dosen, apakah proporsi dosen pembimbing nggak bisa lebih mahasiswai lagi serta dosen yang harusnya nggak usah kebanyakan ke luar negeri atau dosen yang entahlaaaaaaah cuma terserah-terseraaah? Jadi nggak perlu ada satu dosen yang antrinya naudzubillah, ada satu dosen yang punya dua kotak (sudah dikoreksi dan belum) tapi nggak pernah diskusi, atau yang suka selalu berubah keinginan setiap konsul. Ya, walaupun tetap ada satu atau dua (hanya satu atau dua atau tiga) dosen yang luar biasa, mengajak diskusi, memberi contoh, memberi masukan, bahkan mencarikan jurnal, tapi yang paling penting itu diskusi itu sih kayaknya.

Embuh ah.

Yang pasti, sejak teman saya bilang di atas itu, saya jadi mikir, ya ampun. Semua ini nggak semenyedihkan itu, sampai kita harus tebar semangat di mana-mana. Kayaknya ini karena kita (atau tepatnya saya) yang terlalu mendramatisir deh. Tapi terus saya mikir lagi. Jurusan saya ajaib juga yah, udah mau masuk tahun kelima, yang udah lulus dan wisuda ya juga baru pas lima, eh, enam apa lima? Ya ampun. Dunia. Saya harus ngomong semangat lagi nggak nih?! Nggak ngerti deh. Semangat nggak yah, semangat nggak yah. Semangat nggak yaaaah????

*eh, ini cuma pendapat saya loh yah. Dan hasil ngobrooool sangaaat panjang sama kakak tingkat saya.  Akan berbeda efeknya buat tiap anak komunikasi, meskipun itu sekelas dan seangkatan sama saya. Apalagi anak komunikasi lainnya. Atau memang, sekali lagi, itu saya aja yang ngrasain. :)

No comments:

Post a Comment