Friday, December 9, 2011

... bingung kasih judul. :p


“Wah, seandainya kamu belum punya pacar, aku tu ya mau loh, sama kamu…”
“Wah, baru bilang sekarang. Aku tu udah nunggu kamu dari waktu kamu jadi ketua xxxx…”
“Lah itu kapan? Iya to?”
“Aku semester satu.”
“Hahahaha… asem.”
“hahahaha… “

Itu hanya percakapan becandaan. Karena dia nggak mungkin suka sama saya. Hhhaaa. Dan saya dan beberapa teman emang dulu waktu semester satu ngefans gila sama dia, macam anak ospek yang ngefans sama ketua panitia. Tapi ya akhirnya saya juga punya pacar-pacar lain dan dia juga punya pacar. Jadi, emang nggak pernah ada affair atau macam sentiment-sentimen tertentu.

Saya nggak tahu, dia akan baca post ini atau tidak, karena setahu saya, dia salah satu orang yang sering baca post saya. Hhhha, akhirnya, aku nulis yang ada kamunya. Tapi bakal tetap aku ece-ece juga. :D

Nggak, saya nggak lagi galau kok. Kalaupun mungkin, hanya mungkin, kalau saya nggak punya pacar dan dia ndeketin saya, mungkin saya bakal mau sama dia. Hanya mungkin. Tapi yang bikin saya pengen nulis ini adalah , pernah nggak sih, pada satu waktu, kita ketemu teman kita dan bakal becandaan sampai ngakak, dan bilang, “Sumpah yah, aku nggak ngerti kenapa dulu bisa ngrasa suka sama kamu. Kalau dipikir-pikir, itu nggak banget…” Pernah? Coba ingat-ingat. Terus kita barengan temen kita itu ketawa-ketawa ngakak nggak mutu, mengingat betapa bodohnya pernah merasa suka, atau diam-diam pernah merasa disukai sedemikian rupa sama orang itu.

Atau barangkali, gini: kalau sekarang ada rasa-rasa suka sama orang, nggak usah berlebihan segitunya, karena barangkali beberapa tahun dari sekarang, bloomy-bloomy nggak mutu itu cuma bakal jadi ketawaan sama nggak mutunya sampai sakit perut.

Apa ini cuma kejadian sama saya, saking saya nggak tahu malunya? Ah, tapi apa deh. Saya juga berani ngetawain hal-hal itu karena saya tahu, teman saya nggak akan galau setelah ini. Selain efek ketawa itu menyenangkan. Just another joke.

Kalaupun itu becandaan, yang versi seriusnya juga pasti tetap bikin ketawa dan bikin lega. Coba deh, barangkali besok ketemu orang yang pernah kita suka, terus disaat becandaan, coba bilang, “Cupu banget pernah suka sama kamu.” Pasti itu bakal jadi bahan ketawaan. Eh, tunggu, tapi ini mungkin nggak berlaku bagi semua orang yah.

Karena mungkin sifat dan cara kita memperlakukan hal-hal seperti ini berbeda. Beda orang beda cara. Ada kali yah, yang bahkan sampai bertahun-tahun, bakal nggak bisa nglupain hal-hal tertentu. Seperti saya bilang tadi. Ini hanya berlaku bagi teman-teman yang emang nggak gampang galau atau gampang gloomy dan gampang tersinggung dengan kita. Yeay, they were the real friends. Friends with (no) benefits. Bukan teman yang bakal berlebihan menanggapi sesuatu. Juga kita yang stabil, tau mana yang pantas untuk diketawain bersama dan tahu sekali apa yang ada di perasaan kita.

Tapi, kalau misal saya harus memberikan pesan moral dari tulisan saya ini, yaitu: kita nggak harus segitunya (segitu seriusnyaaaa, segitu berserah dirinyaaa, segitu tergila-gilanyaaaa, segitu lebainyaaa, segitu merasa bahwa ini dunia punya kamuuuuu), kalau lagi suka sama orang. Iya, tau, seneng, seneng, bahagia, bahagia, cuma mungkin jangan terlalu dalam kali yah. Inget pesen artikel-artikel di majalah, jangan mencintai orang seratus persen, give him/her 80%.

Our 20% is for other cute one over there. ;)

Macam kita juga nggak boleh heboh kalau pacar-pacar kita mulai tebar-tebar yang 20% itu. boys will be boys, right? Mereka suka nggak mutu pengen dipuja-puji cewek-cewek. Make sure we have his 80%. Dan kenapa saya jadi curhat? Nggak mutu.

Hhhaaa. Udah ah.

Jadi, ceritanya semalem saya ketemu dia. Saya gojlok dia, karena dua malam kemarin dia baru curhat, dia minta dicariin cewek. Kebetulan saya dateng ke acara itu sama sahabat baik saya yang juga jomblo, jadi saya kenalin. Sambil bilang, “Nih, temenku jomblo nih, oke kan, katanya mau cari cewek…” Hhha, iya, mulut saya nyablaknya minta digampar banget. Itu adalah percakapan di depan pintu masuk gedung pertunjukan yang banyak orang denger, terus noleh ke kita. Malu-maluin. Sampailah kita ke becandaan tadi, yang masih bikin beberapa orang menoleh ke kita bertiga. Bener-bener malu-maluin.

Buat teman saya itu, ehm, iya, dia sedang cari pacar. Itu curhat dia sejak beberapa bulan lalu, dan beberapa malam lalu dia menegaskannya. Dia butuh pacar yang bisa menemani dia nonton bermacam gigs, dari pentas lesehan dan gratisan di soedjatmoko sampai gigs ratusan ribu di ballroomnya the sunan. Dan, tentu saja, mendukung menyelesaikan skripsinya. Dia orang hebat, hei, hei. Sekarang dia udah punya gaji tetap yang bisa bayarin kita satu tas rip-curl tiap bulan. Dia british music addict maka dia mencari cewek yang doyan british music juga. Seenggaknya kamu hafal satu dua lagu Oasis (dia suka oasis sekali, terbukti dari kaos oasisnya yang kelewat sering dipakai sejak saya kenal empat tahunan lalu). Yah intinya itu, kamu nggak perlu cantik-cantik amat, dia cukup fair ttg ini. Dan ehm, mungkin kamu juga bakal terbayangi mantan pacarnya yang oke gilak itu. hhhaaa. Karena mantan pacarnya juga teman saya. sayang mereka berpisah. Karena sesungguhnya, saya salah satu orang yang sangat kecewa mereka putus. Bagi saya, dulu, mereka itu salah satu the perfect couple.

Yah, intinya itu. kalau ada para cewek-cewek yang mau sama dia, atau setidaknya ingin mengenal lebih dulu. Bisa email saya di fuadiyah.kamil@gmail.com.

Sekian. :) :)

Ps: tapi saya sudah niat menjodohkan dia sama sahabat saya semalem. Karena waktu saya biarkan mereka berdua ngobrol, mereka cukup nyambung. Dan diam-diam temen cowok saya itu bilang, “Hloh, kamu ini kan yang waktu itu juga pentas?”. #eaaaah.

No comments:

Post a Comment