Friday, April 8, 2011

...the single one, and her boyfriends


Pada satu kondisi yang cukup tidak nyaman, saya nyolot. “Karena aku nggak punya pacar? Jadi dipaco’ke (dijodoh-jodohin) sama semua cowok? Gitu?,” teriak saya, dan semua (kebetulan) diam.
Lalu suasana mencair lagi. Tapi saya tidak. Saya nggak nyaman. Tentu ada alasan kenapa saya mengeluarkan kalimat yang kurang enak didengar. Bagaimana tidak? Beberapa minggu-minggu ini, rasanya kok saya sering dijodoh-jodohin sama beberapa cowok ya? Dan, berbeda-beda. Otak saya yang jarang mikir, lalu berfikir.
Oke, bilang saya ke-PD-an. Tapi saya kira masalahnya bukan antara ke-PD-an dan ke-GR-an. Walaupun barangkali ini hanya ada dipikiran saya, saya kira itu tidak wajar. Dalam artian, bagaimana jika orang (cowok) yang di-jieh-jieh-in sama saya itu ngrasa nggak nyaman? Bagaimana jika diantara lingkup pergaulan itu (kelas kuliah, UKM, atau pertemanan lain) ada pihak lain yang sebenarnya menyukai salah satu dari kami, entah saya atau cowok itu secara diam-diam, bagaimana perasaan mereka? Dan, ini yang paling tidak saya pahami, apa parameter yang digunakan sehingga saya harus di-jieh-jieh-in semacam itu?
Taruhlah begini, saya memang berteman baik dengan beberapa cowok itu. Paling mentok, saya memang punya urusan yang harus diselesaikan dengan mereka. Entah untuk urusan tugas, atau memang kami berteman saja. Terus kenapa? Bukankan hal demikian itu biasa saja? Ah, bilanglah saya ini ke-GR-an. tapi, terus terang saya malas. Saya pengen bilang deh, “Emang kalian tahu apa tentang saya?”.
Dan, seringkali saya akhirnya berada pada posisi serba salah. Jika guyonan itu didiamkan, dikiranya saya menikmati, dan memang punya perasaan seperti yang mereka guyonkan itu, padahal tidak. Jika saya menanggapi dengan tidak suka, juga dikira sama. Jika saya menanggapinya becanda, misal dengan “hum, baru tahu ya?”, tambah-tambah deh. Nah, masalahnya lagi, bagaimana dengan pihak kedua, atau cowok yang di-jieh-jieh-in sama saya itu? Seringkali kurang bersahabat juga. Ada yang malah kebingungan, ada yang bisa diajak becandaan juga (yang ini seringkali memang benar-benar becanda dan cara paling efektif dan menyenangkan), ada juga malah yang mengumpat-umpat nggak jelas (yang ini yang bikin malu).
Pada akhirnya, jika mood sedang baik, saya hanya akan diam dan senyum-senyum mengejek (ala saya). Dan jika sudah benar-benar tidak nyaman dan terjepit, saya nyolot seperti kejadian tadi sore itu. Memang kok, saya nggak suka dan nggak nyaman.
Kenapa, karena saya percaya, guyonan dan becandaan semacam itu tidak fair. Baik bagi pihak yang dijadikan bahan becandaan, dalam kasus saya adalah saya dan teman cowok saya, serta orang-orang disitu. Sekali lagi, bayangkan, bagaimana jika disitu ada mantan pacar, mantan orang yang suka, atau orang yang masih suka, atau orang yang diam-diam suka, atau orang yang disukai, atau orang yang diam-diam disukai pada dan oleh teman cowok saya tadi atau saya. Dalam beberapa hal, lebih banyak tidak fair-nya.
Dan saya. Ngapain saya menulis tentang ini. Karena pada dasarnya, saya teringat teman saya yang pada satu ketika men-jieh-jieh-in saya dengan seorang kakak tingkat, padahal saya cuma mbenerin komputer yang rusak, karena dia memang bisa. Dia bilang, “seorang cewek nggak punya pacar, wajar digodain ma cowok yang deket sama dia”. Huh? Realy? I think, not. Bukankah ini malah sedikit bitchy dan kegenitan ya?
Ah, tentang kegenitan, saya juga jadi teringat tingkah polah saya sendiri. Yang sering melakukan tindakan spontan dan kekanak-kanakan, dan barangkali, itu bisa digolongkan kegenitan juga. Tapi selama itu masih dalam lingkup pertemanan yang sehat, buktinya baik-baik saja. Bukankah akan beda ya, bagaimana berinteraksi dengan seseorang yang memang pure teman dan bukan?
Misal gini deh, saya punya teman yang, hebatnya, dia menjaga kontak dengan perempuan bukan muhrim, termasuk bersalaman dan memboncengkan di sepeda motor. Tapi, nyatanya, saya bisa bercanda-canda dengan baik dengan dia. Dan tidak ada pretensi. Beda kan? Dan, saya yakin seyakin-yakinnya, teman itu pun baik-baik saja. Entah mungkin di hatinya rada-rada konyol ngelihat saya, nggak ngerti juga.
Tapi, karena dalam keadaan ini, saya yang merasa tidak nyaman, dan berlaku di beberapa tempat berbeda dengan teman pria yang berbeda pula. Malah saya akhirnya mikir, sepertinya ada yang salah dengan saya. Tapi apa?
Pertama, bukankah semua orang, bisa saja ber-comment-comment-an atau saling me-retweet-retweet-an panjang-lebar bukan? Kedua, bukankah isi hati orang, ya, orang itu sendiri yang tahu bukan? Ketiga, bukankah masalah perasaan dan hati yang sesungguhnya itu sesuatu yang privat, yang tidak perlu diumbar dimana-mana? Keempat, percayalah, jika ada hubungan diantara beberapa orang, pasti aka nada kepastian selanjutnya, jangan percaya gosip.
Dan, saya bertanya pada diri saya sendiri, bukankah orang itu maunya memang mempunyai guyonan yang bisa ditertawakan bersama. Tidak peduli disitu ada yang tidak nyaman atau tersakiti? Bukankah orang-orang inginnya, mau tahu semua-mua-mua.
Dan saya. Jangan ke-Gran dulu. Lah wong lagi buat becandaan, kok marah. Marah tandanya suka loh, goda pikiran saya, me-reverse. Bener kan, ada yang salah dengan saya.[]

5 comments:

  1. ih...nemu blog nya atun
    folback Tun

    well....nice post Tun
    dan panjang
    dan easy reading

    menurut aku intinya adalah tinggal bagaimana selanjutnya kamu menjaga diri sebagai seorang perempuan yang baik dan benar sekalipun kamu adalah jomblowati
    ga masalah Tun orang mau ngeledek apa
    buat orang yang menyukai kamu dengan apa adanya, kamu adalah wanita yang paling tidak genit
    :D

    ReplyDelete
  2. shinta: hahaha... pilihan yang mana ibu? nggak ada pilihan.

    jupek: iyup zul.. kau coba folback dah... (masih gaptek neh)

    ya, menjaga kehormatan sebagai jomblowati memang tugas berat dan menyenangkan.

    ReplyDelete
  3. hemmm, di "jieh2" kayak jaman sd aja
    ini cerintanya mbaknya lagi laku berat ya?
    XD
    kidding...

    pertama cuek aja, walaupun cuek itu kadang menyakitkan.
    kedua bilang aja sama mereka dengan cara baik-baik, elegab. contohnya posting ini. Menurutku ini bentuk gugatan atas kesepahaman bersama yang berkembang di luar sana yang bagus. You told 'em with your way
    ya sesekali orang perlu hormat juga sama perasaan orang lain, walaupun sekarang kadang jarang ditemui
    seperti bang bruno bilang saya
    jas de way yu ar

    ReplyDelete
  4. ajegile...

    hei..hei.. caranya nge-follow back itu gimana si???

    ReplyDelete