Thursday, April 28, 2011

... belajar menggambar (ng-blog lagi)

 
Saya yakin, tidak ada yang terlalu fanatik melihat halaman rumah saya ini.
Seperti halnya saya, yang juga tidak terlalu fanatik untuk merawat halaman rumah saya sendiri. Saya mau belajar membersihkan teras, memangkas rumput, dan menanam bunga dari nol lagi. semoga ada yang bersedia membantu. Dan tentu saja, melhat halaman saya kelak.
Kenapa menggambar, karena saya tidak bisa menggambar. Sungguh. Saya tidak bisa menggambar. Setidaknya, orang tidak akan cukup mengerti dengan apa yang saya gambar. Kemampuan menggambar saya berhenti ketika saya berusia lima tahun, kelas dua madrasah. Jadilah saya hanya bisa menggambar sebuah pot, dengan batang menjulang berisi satu bunga dengan satu lingkaran besar dan lingkaran kecil yang mengelilingi lingkaran besar, saya menganggapnya sebagai bunga mawar.  Lalu sebuah daun dengan serat sederhana menuju pangkal pohon. Itu bunga versi saya.
Ah, sungguh saya tidak bisa menggambar.
Pertanyaan berlanjut ketika, beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah ide besar. Ide besar yang saya anggap akan menjadi jalan menuju kejayaan saya jika saya menekuninya dengan benar. Sebuah gambaran masa depan cerah, ditambah khalayan akan sebuah manajemen yang sempurna.  Yaitu menjadi penjahit. Bahasa halusnya, perancang. Bahasa kerennya, desainer.
Pertanyaan tersebut adalah, gambar seperti apa yang akan saya buat untuk merancang sebuah baju? Ide saya terhenti sesaat. Bayangan masa depan cerah seketika tertutup awan, seperti langit Solo di jam dua beberapa hari ini.
Aha, saya teringat seorang teman yang bercerita, bahwa seorang desainer grafis di Amerika sono menjadi hebat karena konsepnya. Bahkan ia membuat outline-nya dengan gambar manusia yang terbuat dari lingkaran-lingkaran yang disatukan (kebayang?). Hm, itu kan saya banget. Mendung tak jadi datang, sepertinya Tuhan benar-benar sayang saya.
Sore harinya, saya bertemu si teman yang satu itu. Saya bertanya lagi prihal desainer grafis itu. Untuk meyakinkan diri, bahwa gambar-gambar bulatan bisa saja menjadi masterpiece.  Si teman pun meyakinkan saya sekali lagi. Saya semakin berbahagia. Lalu saya bertanya, “itu kan desainer grafis, kalau desainer baju?”. Teman saya terdiam, memandang saya. “Aku pengin mendesain baju”, saya percaya muka saya memelas sekali kala itu.
Sayang sekali, muka memelas saya tak membuat jawaban teman saya itu melegakan. Dia meyakinkan saya, bahwa lain perkara untuk desainer baju. Teman saya itu sedang bebicara tentang desainer grafis. Ah, baiklah. Graphic designer is about how make it real with other things, like software, colour, sense, and brilliant concept. Not at all on fashion designer, which is need details (cocept is a  must, too).
Jadi, saya menelan ludah saja. Berharap akan ada kesempatan belajar menjahit. Membuat pola, yang sama dengan menggambar. Atau, cara paling signifikan, segera melupakan khalayan saya itu. Biarlah menjadi kacung orang, asal senang dan banyak uang. Lupakan tentang menciptakan lapangan kerja dan menyiapkan modal.
Pencerahan terjadi hari ini. Sebagai bukan penggemar komik atau sejenisnya, saya tidak mengenal Gundala, sebuah karakter hero lokal dalam komik era 80-an. Hingga akhirnya hari ini, hujan siang tadi, mempertemukan saya pada si pembuat komik. Harya Suraminata, aka Pak Hasmi, aka Mas Nemo. Seorang bapak paruh baya yang riang gembira nan halus pembawaannya.
Saya mengantarkan majalah kampus yang memuat beliau dalam rubrik sosok, dulu saya yang mengusulkannya, karena terinspirasi temen yang ng-fans beliau. E, ternyata itu menimbulkan euphoria teman-teman yang kenal Gundala.
Singkat cerita, tadi saya melihat pak Hasmi membuat karakter Gundala. Hanya dalam waktu kurang dari 10 menit. Sebuah gambar berkarakter tercipta. Ah, Tuhan. Saya belajar menggambar sepotong celana tak berkarakter saja tak bisa. Dari sana saya belajar, Tuhan membagi bakat dalam berbagai kelompok. Saya tidak bakat menggambar. Benar adanya begitu.
Tapi sepertinya, saya masih punya kesempatan belajar menggambar. Selama ada pensil, drawpen, dan kertas. Bukan demikian?

Mengenang:
Ahmad Arif Billah (teman yang bercerita tentang desainer grafis. Pinter ndesain)
Titis Efrindu Bawono (teman yang bareng ke Pak Hasmi. Pinter gambar juga)
Dimanuga (teman yang pinter gambar, dan nge-fans Pak Hasmi)
Pak Hasmi (ah, speechless!. You, Bravo sir…)

No comments:

Post a Comment