Thursday, April 14, 2011

...de’ repertoire


Saya mau dong, dikasih penghargaan sebagai konsumen setia.
Kesadaran akan kesetiaan sebagai konsumen ini benar-benar saya rasakan ketika mandi tadi. Jadi, dalam salah satu metode survei konsumen ada istilah Brand Repertoire, yaitu untuk mengetahui merk-merk apa saja yang dipakai oleh konsumen dalam rentang waktu tertentu, biasanya untuk produk-produk konsumsi. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran perilaku konsumen atas suatu produk tertentu. Yah, mungkin boleh juga lah untuk barang mewah, siapa tahu ada yang ganti-ganti merk mobil tiap satu bulan, who knows?
Setelah dipikir dan diingat. Saya adalah pengguna produk yang jarang ganti-ganti merk. Bahkan ada beberapa produk yang sepertinya sudah saya konsumsi sejak delapan tahun lalu dan tak tergantikan, meskipun pernah berganti, tapi kembali ke merk itu lagi.
Di usia saya yang mulai masuk kepala dua, sempat terfikir untuk berganti pembersih muka yang lebih mature, yang lebih dewasa dengan masalah-masalah kulit yang lebih kompleks, atau setidaknya yang endorsernya udah mbak-mbak. Tapi, setelah bercermin, kok sepertinya saya belum butuh produk-produk demikian itu. Dan tadi, mengintip keranjang peralatan mandi saya. Sepenuhnya saya menyadari, saya konsumen yang begitu setia. Hingga detik ini.
Terakhir saya ganti sabun mandi, itu adalah karena tergiur promo dan potongan harga. Tapi, setelah mencoba sekitar satu minggu, sepertinya saya tidak begitu cocok menggunakan sabun kesehatan nomor satu di Indonesia itu. Dan mungkin akan kembali pada sabun lama saya dulu, yang wanginya kayak obat pembersih luka.
Facial care saya, sebuah merk pabrikan Amerika, Johnson&Johnson, menemani saya sejak awal masa amat labil antara kelas tigaan SMP. Dari facial foam, anti comedo, toner, moisturizer, dan anti acne cream. Sempat berganti beberapa merk, termasuk ketika pulang rumah dan malas beli lagi, jadi memakai pembersih muka adik saya, dasar kulit muka saya tidak kegenitan sehingga mengeluarkan banyak jerawat, jadi paling rada-rada kering. Dan nyatanya, tadi pembersih muka saya hampir habis, tinggal tiga kali pakai palingan, sempat terpikir untuk ganti pembersih muka asal Prancis, tapi, hm..? Yakin, produk lain akan mampu menjaga kulit mukamu seperti Clean&Clear menjaganya selama hampir delapan tahun?
Hair care saya, kombinasi unik antara dua pabrikan shampoo yang bersaing dikancah industri toiletries internasional, P&G dan Unilever. Meskipun begitu, rambut saya baik-baik saja, meskipun tidak begitu mempesona seperti di iklan televisi, tapi tidak ada masalah berarti. Begitupun untuk body-care saya, kebanyakan sudah saya pakai sejak bertahin-tahun lalu. Hinggai sempat kesal saat ke swalayan dekat kost, dan melihat tidak ada body lotion yang biasa saya pakai terpampang disana.
 Apa sebenarnya yang mendasari seseorang atau saya begitu percaya pada satu merk? Apakah yakin seratus persen itu karena kecocokan antara formula di produk-produk tersebut dengan kita? Atau hal-hal lain, macam keterikatan emosional tersendiri. Maksudnya, ada ikatan batin antara kita dan sebotol shampoo? Iya. Karena, pada sebuah merk ada hal-hal lain yang mampu menyentuh sisi psikologis penggunanya. Seperti misalnya sikap yang ditawarkan, prestise, atau factor penawaran produk tersebut.
Hal tersebut jelas sekali disampaikan melalui bermacam iklan yang kita lihat. Kita tahu itu bisa saja hanya strategi penjualan? Sadar? Saya sadar. Tapi saya tetap tergiur. Seperti ketika saya yang hampir fanatic pada satu sabun kesehatan, dan tergoda pada satu merk sabun lain hanya karena harga promo dan tagline “Sabun Kesehatan Nomor 1 di Indonesia”, padahal sabun saya yang dulu adalah “Sabun Kesehatan Nomor 1 di Dunia”.
Tapi, dalam beberapa hal, saya tidak bisa dirayu. Lihatlah pembersih muka saya yang baru saya beli dan berhadian bracelet kupu-kupu itu, saya sudah memakainya hampir delapan tahun.
Ih, saya setia deh…

No comments:

Post a Comment