Monday, August 15, 2011

... tas


“I don’t buy that bag, because of  it’s brand”

Rasanya itu yang ingin saya jawab, ketika ada seorang teman menanyakan prihal merek tas yang saya pakai dengan nada seakan ia mengatakan “Uh, pasti kamu beli barang karena mereknya, karena gengsinya”. Padahal simple saja, dia sedang bertanya, “itu merek tas kamu apa?”.

Bukan tentang merek tas saya juga, karena toh tas saya bukan Chanel atau Burberry. Karena memang tas saya tak ber-merek. Saya membeli sebuah tas vintage dari sebuah toko menyerupai butik kecil, yang memang harganya murah-meriah. Kenapa tidak bermerek, karena sepertinya memang semua barang di toko itu kebanyakan tak bermerek, karena dibuat handmade, jadi ya tak bermerek. Alasan saya membeli pun simpel, saya membutuhkan tas besar dan saya menemukannya disana. Tak terfikirkan tentang merek sama sekali.

Seperti halnya seorang teman berseloroh, “Wah, sepatunya Crocs. Makan-makan nih…”. Apa yang perlu di-makan-makani, dari sebuah sesuatu yang baru. Wajar jika itu adalah pacar baru barangkali, tapi sepatu? Toh sepatu saya juga bukan sebuah sepatu karet dengan tulisan bergradasi timbul, dan bertuliskan Crocs. Padahal sepatu yang saya pakai juga hanya sebuah pemberian dari seorang kakak.

Ada apa dengan merek?

Kenapa harus berbangga hati sedemikian rupa dengan merek-merek itu? Tapi kayaknya bakal bangga si, kalau kita bisa jinjing tas, sambil seakan-akan bilang, “Nih, lihat nih, chain bag saya Channel loh.” Hahaha.. walaupun nggak tega juga kalau lihat yang palsu. Bener-bener palsu, kalau KW masih lumayanlah, ada sertifikatnya.

Aduh, I’m not kind of those things aja si.

No comments:

Post a Comment