Monday, August 15, 2011

... an early morning


“Down in the local bar
Alone in the boulevard
The sound of an old guitar is saving you from sinking
It’s a long way down. It’s a long way…”
(Belle of The Boulevard – Dashboard Confessional)

Saya denger lagu itu lagi di radio. Versi akustiknya, yang, lebih oke. Sambil tiduran baca koran, setalah lama sekali rasanya nggak dengerin itu lagu.

Itu bukan lagu biasa buat saya.

Jadi, waktu itu, pada satu malam. Saya sesenggukan. Entah karena apa. Saya suka lebai soalnya, kadang karena sakit perut nangis, pengen pulang rumah nangis, kecapekan nangis, banyak tugas dan nggak bisa ngerjain nangis lagi, apalagi kalau nggak punya duit, wah, ini nangis darah. Walaupun beraninya nangis sendirian di kamar dan selalu pura-pura jadi orang paling bahagia dan kuat kalau di luar kamar.

Nah, itulah pertama kalinya saya dengar itu lagu. Pernah kan, lagi nggak penting-nggak pentingnya, tiba-tiba ada lagu yang pas aja. Yang berasa soundtrack di film-film. Berasa kayak Julia Robert lagi jalan, terus berdengung lagu Pretty Woman-nya Roy Orbinson, atau Ben Afflack mau terbang menyelamatkan bumi, lalu Chantal Kreviazuk bilang, Don’t Leaving on The Jetplane, atau Raditya Dika mau minggat dari Adelide, terus Aditya Sofyan nyanyiin Adelide Sky, atau ketika Joseph Gordon-Levitt ketemu sama Zooey Deschanel lagi, terus The Temper Trap teriak-teriak Sweet Disposition.

Yah, kurang lebih begitu.

 Jadi, mas vokalis Dashboard Confessional, entah siapalah namanya, saya tidak terlalu peduli, bilang ke saya, “Don’t turn away. Dry your eyes, dry your eyes. Don’t be afraid. Keep it all inside, all inside. When you fall apart. Dry your eyes, dry your eyes. Life is always hard, for the belle of the boulevard.” Yah. Mas. Bener. Life is always hard. Walaupun saya nggak ngerti juga, maksud dari belle of the boulevard itu siapa. Cuma setahu saya, belle is woman in French.

Waktu itu, saya langsung diem. Cari itu lagu di internet, dan mendownloadnya, sekalian cari liriknya, biar nyanyinya nggak salah. Kadang-kadang saya emang lebai dan nggak penting, begitulah keseharian saya. Sempet jadi lagu andalan kalau udah pengen mengunci diri di kamar nggak keluar seminggu. Lagu yang sedikit menguatkan, kalau lagi ngamuk sama tugas, nggak percaya sama yang namanya dosen, gila sama kelompokan, brontak sama teman-teman, sakit hati (aduh dek, sakit hati? Masih punya hati?), seenggakn-enggaknya, saya nggak niat buat nangis, atau berenti nangis. Karena masnya bilang, “Dry your eyes (dek…)”, yang bodohnya, saya nggak punya niat mencari nama masnya itu, mas vokalisnya. Setidaknya, untuk mengucapkan terimakasih pada mereka.

Dan pagi ini, mendengar versi akustiknya, setelah lama saya tak mendengarkan lagu itu (aih, berarti lama saya nggak nangis…), rasanya begitu menenangkan jiwa. Saya semakin siap tidur, setelah tidur sangat kurang tadi malam.

Sekaligus merasa bahwa, ya ampun, kalau ada orang yang bikin lagu sebegitu baiknya biar orang-orang, utamanya, para perempuan, biar nggak pada nangis, apakah itu berarti, bahwa, di dunia ini, begitu banyak orang menangis? Nangisnya karena apa? Karena sedih? Karena lagi traweh tiba-tiba keinget marahan sama orang? Karena ditinggal pacar? Karena kebanyakan tugas? Karena dimarahi pimpinan? Atau karena terlalu bahagia, sampai bingung mau gimana, jadinya nangis aja?

Atau bahwa setiap orang merasakan yang namanya, “life hard” itu. Sekaligus di lain waktu merasa sendiri? Terus, ada juga kali ya. Banyak orang yang saking bingungnya mau cerita ke orang, malah jadinya kebanyakan ngeluh, terus nangis, dan dengerin lagu, makalah tercipta lirik, “The sound of an old gitar, is saving you from sinking…”

Atau cuma saya. Cuma saya yang dengerin lagu, terus berasa ada sejuta orang menyoraki dan menyemangati, “Hore, hore, kamu bisa! Kamu bisa! Yeyeyeyeye!!!”. Atau orang lain juga? Nggak ngerti deh… Gitu juga nggak si? Oh, enggak ya. Berati cuma saya.

“…dry your eyes. Life is always hard. For the belle of the boulevard.
Please hold on, it’s alright. Please hold on, it’s alright. Pelase hold on…”

No comments:

Post a Comment