Saturday, July 2, 2011

Is there something honest from that ‘politic’?



Tidak heran, kebanyakan dari kita (saya) nggak percaya, lebih banyak nggak percaya, pada hal-hal berbau politik dan perebutan kekuasaan. Banyak trik dan intrik. Dengan niat hampir sama, menuju lebih baik. Tapi sayangnya, seringkali, ada saja trik yang dibuat. Kebanyakan, lebih banyak menguntungkan hanya sebagian kecil dan sekelompok orang tertentu.
Saya si kadang pengen ya, untuk hanya membiarkan dan melihat. Tapi, sayangnya, dari ketidakpedulian saya, justru di kemudian hari malah menyulitkan saya sendiri. Bukan sulit si, seringnya nggak puas dan mengecewakan.
Kenapa tiba-tiba saya ngomongin politik. Ini tentang memilih bupati. Tentang si ibu yang bilang, “Yah, besok kalau dapat undangan memilih bupati, pulang lagi ya. Tanggal 29.” Terus kita sedikit ngobrol tentang calon-calonnya. Ada satu pasangan calon yang merupakan calon di periode sebelumnya tapi tidak terpilih menjadi bupati.  Dulu, dua-duanya mencalonkan diri sebagai bupati. Sekarang, mereka bersatu, menjadi calon bupati dan calon wakil bupati. Seinget saya si, dulu, mereka adalah sekretaris daerah dan wakil bupati dua periode sebelumnya. Nggak tahu juga, mereka ngapain satu periode ini.
Apa yang membuat mereka begitu niat mencalonkan diri lagi? Entahlah.
Saya jadi tertarik dengan hal ini. Saya tertarik terlibat dalam proses kampanye mereka. Karena, sepertinya mereka cukup kuat. Walaupun kandididat lain cukup kuat juga. Salah satunya pengusaha, satunya lagi orang diknas, kalau nggak kepala diknas ya bagian kepegawaian diknas. Aih, orang diknas di daerah pasti pendukungnya kuat, mengingat jika jutaan wanita di Amerika rela mati demi bekerja di Vogue, jutaan orang di daerah rela mati demi diangkat menjadi guru. Ups…J
Saya menawarkan diri untuk ikut di tim salah satu calon, calon yang pertama saya sebutkan tadi. Mengingat memang adanya pihak di calon pertama tadi itu, yang dulu pernah mencalonkan diri itu. Seinget saya dulu partainya beringin kuning. Ibu saya minta ijin ke bapak saya. Kalau dulu malah bapak saya yang sering mengajak terlibat hal-hal kepartaian dan kampanye. Kali ini, jawabannya tegas, tidak. Tidak untuk pemilihan bupati kali ini. Kenapa? Karena ngeri. Persaingan partainya ngeri. Satu calon saja didukung hampir sembilan partai. Jangan ikut dulu.
Yah, sekali-kalinya tertarik, justru tidak ada kesempatan. Setidaknya ada kegiatan mengisi liburan. Walaupun yah, akhirnya tidak jadi. Yang menarik perhatian saya selanjutnya adalah, sengeri apakah politik? Politik yang sebenarnya, tepatnya.
 Aih, saya percaya, lebih ngeri dan penuh intrik dari sekedar pemilihan pemimpin umum dan pengurus ukm…

2 comments:

  1. Iya, apalagi sekarang sulit mencari setetes kejujuran...
    Ga hanya di Politik, di ranah Hukum pun juga terkadang (sering malah...) gitu.

    Nice posting, Mbak Dyah... :D

    my blog: http://0sprey.wordpress.com
    tulisan anget: http://0sprey.wordpress.com/2011/06/30/internet-membuat-kebebasan-menjadi-semakin-kebablasan/

    ReplyDelete