Monday, July 11, 2011

...kesempatan

 
Jadi, tadi saya ke minimarket dekat kampus. Sebelum antri kasir, saya melihat teman main Taekwondo dulu sedang memilih susu. Saya samperin dia. Kebetulan kami hampir masuk latihan bersamaan, sayangnya, saya berenti latihan duluan sekitar satu tahun lalu. Kebetulan kami sama-sama pengin latihan lagi. Saya ajakin dia. Kami tertawa-tawa bodoh, mengenang kenapa berhenti latihan.

Dan, karena kami sama-sama tingkat akhir, ujung-ujungnya dia menanyakan skripsi. Dan ya. Benar. Skripsinya, tepatnya TA-nya, udah beres. “Alhamdulillah, kemarin udah sidang…,” kata dia. “Kamu?” Hm.. ya, saya baru mulai. Saya tertawa-tawa. “Doain ya….,” kata saya. Untungnya, dia salah satu teman yang tahu banget tentang tugas-tugas saya dulu. 

Kami sempat bertukar nomor telepon lagi, karena nomornya ganti. Lalu saya pamit pulang. Dan, sebelum saya sempat meninggalkan dia, dia bilang, “Diyah, mohon doanya ya, aku tanggal 31 InsyaAllah menikah.” Hm.. oke. Hhhaaa… saya mengucapkan selamat untuk yang kedua kalinya. Saya jadi ketularan bahagia denger dia bilang gitu.

Saya jadi keinget cerita salah satu sahabat saya tentang menikah. Dia, yang sudah pacaran bertahun-tahun dengan pacarnya, dan kini pacarnya sudah bekerja, bisa dibilang cukup mapan, sudah siap menikahinya. Bukan teman saya ini juga belum siap, dia sendiri siap ancang-ancang menikah. Tapi pada satu waktu, dia pernah berbagi cerita, bahwa, ketika dia dikasih kesempatan untuk, misal setelah lulus kuliah, dia akan segera menikah, tapi dia juga melewatkan hal lain. Hal lain ini, misalnya, kesempatan dia untuk berkarier seperti keinginan dia. Namun demikian dengan bijak dia menyikapinya, bahwa semuanya adalah tanggungjawab.

Satu waktu kita punya kesempatan lebih. Kesempatan yang mungkin diinginkan banyak orang. Tapi disaat bersamaan, kamu akan melepas kesempatan lain.

Saya belajar dari cerita teman saya itu. Bukan saya ingin mengeluh, karena tidak ada yang menunggu saya lulus, untuk segera menikah. Karena barangkali, ada kesempatan lain yang harus saya lewati. Dan menunggu kesempatan lainnya.

Aih, barangkali saya malah akan lebih repot dan kacau kalau ada yang menunggu saya lulus untuk dinikahi. Lha wong, bab I saya saja kabarnya masih belum jelas.

Manfaatkan kesempatan sekarang ini sebaik-baiknya. Sebaik-baiknya.  

No comments:

Post a Comment