Saturday, July 2, 2011

...happy ending


Saya seneng nonton film happy ending. Saya seneng denger cerita happy ending.
Even, we all know, live end when we die…

Jadi, saya bikin KTP ke kantor kecamatan. Saya bertemu teman SMP saya yang laaaammaaaaaaaaa banget nggak ketemu. Kemudian kita menunggu KTP yang super lama itu. Kami saling bercerita. Dari mulai kegiatan sekarang, sampai, ehm, masalah asmara (?).
Kebetulan, dua bulan lagi ada reuni SMP. Mulai deh, kita ngobrol tentang, siapa-siapa saja yang dulu pacar siapa. Dan, saya jadi deg-degan juga, aduh, mengingat mantan pacar saya jaman SMA adalah teman satu SMP. Dan, serunya lagi, ternyata dia sekarang pacaran dengan salah satu teman satu kelas saya jaman SMP. Hahahhaaa…
Kemudian dia cerita, bahwa, e, bahwa, ehm, dia, suka sama pacarnya yang sebut saja dia M itu, dari kelas satu SMP. Saya mlongo mendengarnya. Mengingat si M itu, memang teman sekelas saya dulu. Oke si anaknya, tinggi-gede gitu, mana pinter lagi. Dan, teman yang ketemu saya itu mulai bercerita bahwa, masa-masa sukanya yang konyol itu (kelas satu SMP) terus bertahan sampai sekarang. Bahkan ketika dia punya pacar lain pun, akhirnya mereka putus, karena dia suka dengan si M ini. Dan akhirnya, setelah beberapa tahun nggak ketemu, empat tahunan lalu mereka ketemu lagi, dan dia memberikan diary-diarynya ke si M, dia bilang semuanya, bahwa dia suka si M dari kelas satu SMP. Dan, ya, mereka bersama. Dan sekarang, sepertinya mereka sudah serius gitu. “Aku udah 24 (tahun). Satu atau dua tahun lagi deh, doain ya…,” kata dia.

What a fucking film story?

Saya ikut bahagia mendengar dia bercerita dengan semangatnya tentang bagaimana dia menyukai M. Bagaimana dia bercerita mengenai M, ketika SMP. Bagaimana M sekarang. Bagaimana dia berdoa pada Tuhan, minta jika M memang buat dia, maka buat dia dan M bersama. Ah, Tuhan baik banget sama dia… Bagaimana dia menunjukan foto-fotonya bareng M. Aih, kebetulan temen saya ini putih-cantik gitu, dan si M juga lumayan oke sekarang. Saya bisa ikut ngrasa, bagaimana dia sayang si M. Dan sepertinya mereka bahagia.

Ternyata, tidak pernah ada yang salah dengan menunggu. Tuhan pasti ngasih jawaban. Di cerita temen saya ini, Tuhan ngasih jawaban seperti yang dia inginkan. Meskipun dia harus menunggu hampir empat tahun.
How dare we go for a happy ending story…?

“So, I waited for you. What wouldn't I do. And I'm covered its true. I'm covered in you. If I ever want proof. I find it in you. Yeah I honestly do. In you I find proof” (Proof-Coldplay)

2 comments:

  1. Saya tinggalkan jejak, semoga berkenan.
    Salam kenal...


    Tentu saja semua orang suka akhir yang bahagia, namun apakah setiap nasib anak manusia berujung bahagia. Andai saja Tuhan itu berkenan demikian. Mungkin dunia ini tidak berwarna, tidak ada hitam, abu-abu, merah, hijau, kuning, dll.

    ReplyDelete
  2. tentu saja sangat berkenan. terimakasih...

    ya. Tuhan Maha Besar dengan Segala Kuasanya. dan hari ketika teman saya bercerita, merupakan hari dimana saya, percaya, bahkan sangat percaya, bahwa Tuhan bisa membahagiakan makhluknya dengan cara-Nya sendiri. Tuhan yang kita sembah dengan cara kita masing-masing itu, bisa saja tidak memberikan kesempatan baik di satu hal, tapi saya jadi semakin percaya, akan ada cara tersendiri untuk kita bahagia.

    kita nggak pernah tahu, bahkan saya, bahkan teman saya itu, apakah hubungannya akan bahagia2 saja hingga nanti, tapi, melihat dia sekarang begitu bahagia. bagaimana dia bercerita, dia menunggu, dan kini mereka bersama. saya percaya, cinta yang tulus dan sungguh-sungguh bisa berakhir baik...

    mari berfikir positif...

    bdw: dimana saya bisa membaca tulisan kamu?thanks...

    ReplyDelete