Saturday, February 4, 2012

...horre.yess!!


Mari berpisah dengan setan kecil yang diakhir cerita membuat saya jatuh cinta –secinta-cintanya. Berpisah, untuk nantinya bertemu setan-setan kecil ataupun setan yang lebih besar lainnya.


---

Waktu itu masih sekitaran pukul tujuh pagi, dan saya masih membuka laman writelonger untuk memantau timeline di twitter tanpa keinginan untuk nge-twit ataupun me-retweet. Setelah selesai mengepel kamar yang agak lengket dengan minyak dari martabak telur yang dipindah ke kardus. Sejam sebelumnya, bersama Syauqi, kita mengambil makanan, sarapan soto lamongan yang ternyata enak, dan menyiapkan kotak makanan. Tepatnya, Syauqi yang menata, saya hanya mengamati.

Setengah delapanan, saya membuka dan mengamati salah satu file presentasi, hanya mengamati. Lalu menonton terusan episode Grey’s Anatomy yang belum selesai semalam sebelumnya, sambil sedikit membaca kertas contekan presentasi. Satu episode selesai, saya berniat membangunkan Nindya, yang ternyata sudah bangun. Lalu kita sedikit bercerita tentang sesuatu hal, hingga kita menyudahinya lalu bersiap mandi pagi.

“Dan kamu baru mandi?” tanya Syauqi, ketika mendapati saya baru keluar dari kamar mandi. Tentu saja saya cuma mringis-mringis. Dan lalu saya bergegas menyiapkan pakaian dan melakukan sesuatu lainnya. Saya tahu Leila sudah datang juga. Lalu mereka ke kamar saya. Berdiskusi antara memakai ikat pinggang yang mana, tapi kembali pada lebih baik tidak memakai ikat pinggang saja. Antara semacam dandan atau tidak, saya memilih untuk tidak saja. Antara membiarkan rambut saya tergerai atau semacam diikat atau dicepol, aduh, udah, digerai saja.

Sebelum saya melakukan tindakan bodoh selanjutnya yang membuat Uqi naik pitam, yaitu, ketika semuanya sudah siap, dan dengan bodohnya, saya tidak segera mematikan laptop saya, tetapi malah berucap, “Bentar, aku pengen dengerin satu lagu ini dulu.” Waktu kedengeran “little by little”-nya Oasis. Hhiii… :D

“Diyah, ini tu udah jam berapa?” kata bundo. “Jam sembilan seperempat,” kata saya. “Kamu tu belum nelpon pak Widy loh, dia kan bangunnya siang. Kamu tuh…!” Leila diam. Saya senyum-senyum sambil cepat-cepat mematikan laptop dan mencabut segala kabel, sebelum akhirnya kita berangkat menuju kampus.

Iya. Saya malah tidak deg-degan sama sekali. Sudah tidak deg-degan sama sekali. Sudahlah, toh saya sudah dihabisi Fauji sore sebelumnya. Yang presentasi saya tidak lancar lah, yang saya nggak fokus lah, yang saya nggak harus ngomongin beberapa hal lah. Jadi, saya kira semuanya akan baik-baik saja. Menemui dua penguji saya yang sudah datang. Membalas sms satu penguji saya yang entah di mana, (saya tidak perlu menelpon dia, karena dia sudah sms saya duluan).

Dan, iya, saya ujian.

Begini, saya sudah menduga kalau presentasi saya pasti akan lancar dengan sendirinya. Karena sudah terbukti dari kapan tahun, kalau kepepet dalam kondisi yang memaksa saya harus maksimal, pasti akan maksimal. Seperti saya juga sudah menduga, saya akan banyak omong di sesi tanya jawab dan juga menjawabnya dengan amat santai dan penuh tertawa nggak mutu. Saya perlu dipaksa pada kondisi yang memaksa demikian, atau saya akan bertingkah konyol selamanya. Jadi, semuanya baik-baik saja.

Termasuk bonus tidak terduga di akhir ujian, iya, saya boleh lulus secepatnya. Sebenarnya ini yang saya pikirkan sejak dua hari sebelumnya, pasca ujian Chrisna, karena dia berhasil membuat pengujinya meluluskannya sebelum tanggal dua. Hhaa.. iya, tanggal tiga itu terakhir pembayaran SPP dan pendaftaran wisuda. Saya juga berfikir tentang itu. Sepertinya menyenangkan karena saya akan sengat ‘gelo’ kalau harus membayar SPP padahal saya sudah ujian.

Dua hari sebelumnya, ketimbang memikirkan materi, saya malah belajar bagaimana caranya ngomong ke penguji agar saya tidak perlu membayar SPP, yaitu minta tandatangan mereka untuk semacam surat kelulusan. Tapi, ternyata, latihan saya tidak beguna, karena sebelum saya menyampaiakan, mereka justru sudah menyatakan siap meluluskan saya. Pun kata mereka, karena revisi saya tidak terlalu banyak (orang congkak masuk surga! Amin :p) –cuma satu, tapi serius, ini saya aja mikir beneran, dan bapaknya maunya membahas seminggu setelah ujian, jadi sekarang saya benar-benar jobless yang sesungguhnya, menyedihkan!

Sebelum akhirnya saya lulus loh. Saya juga nggak ngerti, kenapa bisa semudah ini? Atau, emm, bukan, kenapa saya bisa seberuntung ini? Ah, sudahlah, karena memang saya beruntung aja. :D (lalu saya lupa momen tertekan mengerjakan skripsi, jalan-jalan untuk melupakan skripsi, ngomel karena ditinggal liburan dosen, nangis karena dibentak dosen, menunggu satu dosen di kampus sampai setengah lima, kesal karena ternyata printer saya sempat error, sebel karena ternyata harga kertas naik empat ribu, deg-degan menunggu nama penguji sambil berdoa semoga-semoga-semoga… dan seterusnya. Saya lupa tentang semua itu)

Okai, anyway, mari melakukan sesuatu dalam rangkaian menyelesaikan segala macam hal untuk melepaskan diri dari kampus ini. Revisi akhir, dan mengurus bermacam surat, dan melunasi bermacam hal. Semoga masih bisa mempersiapkan diri untuk melakukan nubuat setelah lulus yang sudah saya (dan beberapa teman) rancang jauh-jauh tahun… jalan-jalan. Tapi sepertinya dua kawan baik saya itu sudah punya aktivitas rutin, jadi mungkin saya akan mencari kawan lain yang juga mau jalan-jalan atau jalan-jalan sendirian. Uyeih. (ketahuan banget malesnya kan? Bukannya melakukan sesuatu untuk menyiapkan diri sebagai pekerja atau bekerja untuk diri sendiri seperti yang teman saya lakukan, malah menyiapkan jalan-jalan).

Dan tentu saja, saya ingin berterimakasih pada banyak orang yang membantu saya menyelesaikan skripsi saya. Hai, kalian semua, terimakasih. Kalau pernah, sekedar saya banyak ngomel atau sedikit mengajak diskusi, terimakasih. Apalagi yang kasih-kasih saya buku atau nganter saya cari/beli buku, terimakasih. Walaupun porsi terimakasih terbanyak tetap pada kedua orangtua saya, yang tidak pernah memaksa saya menyelesaikan skripsi, karena tahu kemampuan anaknya yang agak-agak yah, dan tidak pernah berhenti mengingatkan dan menyemangati, karena mereka tahu, saya membutuhkannya, maturrr sembaaah suwuuuuun... *kangen. Uhui.

Selanjutnya, saya juga ingin berterimakasih untuk semua orang yang menjadikan satu hari kemarin itu begitu sempurna. Tiga penguji saya (Pak Risno yang sangat ke-embahan, Pak Eko yang sangat kebapakan –maaf pak, saya sering maki-maki bapak sebelumnya, dan pak Widy yang gosipnya susah bangun pagi tapi ternyata sangat filosofis), plus Mas Budi yang banyak membagi senyum selama persiapan sidang bahkan sampai sekarang. Syauqi, hhaaaa, yang membentak saya dan mukanya langsung galak waktu saya bilang saya pengen nyelesein satu lagu Oasis, hhhaaa.. cup, cup, kamu emang bener-bener the legend of seksi konsumsi, juga Leila dan Nindya. Terus, Vicky dan Adi, yang juga banyak membantu dan datang, heiho… kalian, akhirnya ngampus juga. Mas Chrisna yang menginspirasi untuk mengusahakan bagaimana caranya biar segera (di)lulus(in) (upssss..!). Fauji yang menguji saya terlebih dulu, tetep galak walaupun sudah saya sogok mie ayam terenek di Surya. Dan tentu saja, semua teman-teman, agak banyak sepertinya, haiiiiii… teman-teman kompi, mbak-mbak dan mas-mas yang kebetulan ketemu di kampus, teman-teman LPM Kentingan, dan, tentu saja… Diah, salah satu kawan terbaik saya, yang rela jauh-jauh datang dari Jogja dan nemenin saya makan es krim setelah ujian selesai.  Dan, oia, mas Pondra yang ternyata ujian tentang Bright Eyes di hari yang sama… seenggaknya saya ngrasa kalau ada orang yang senasib sama saya. Terimakasih  semuanyaa… semoga kalian bahagia dunia-akhirat. Amin.

Oia, Herka dan Maulana, yang motret semua foto ini. Saya nggak tahu, yang mana foto Herka, yang mana foto Maulana. Kalau di foto ada Herka, mungkin yang moto Maulana, kalau di foto ada Maulana, mungkin yang moto Herka. Begitulah.

Sudah ah. Mari ngepel dan makan indomie dan bermain-main dengan semut.  

Karena tiba-tiba saya ingat tentang: ndaftar wisuda itu ribet. Bikin skl itu ribet. Ngurus ijazah itu ribet. Foto ijazah harus sanggulan (ini cuma kampus saya atau semuanya sih? Akal-akalan banget deh). Dan, tentu saja, wisuda itu juga harus sanggulan dan berarti nanti akan terjebak pada memakain kebaya sekseh dan pakai high-heels. Sumpah, ini lebih mengerikan daripada ujian, walaupun saya nggak tahu, kapan saya wisuda.

*maaf kalau tulisan ini agak menyebalkan. :)

----ini adalah beberapa foto jepretan Herka Yanis dan atau Maulana Surya:

Penguji:
Pak Eko, Pak Risno, dan Pak Widy
Yang mereka lakukan ketika saya ujian (hemmm...):

Intan, Kenyot, dan Ajeng
Atas: Tommi, Herka, Riza, Nanda, dan Harjok
Bawah: Lala, Fauji, Vicky, Handa, dan Dino
Perbedaannya: difoto atas ada Shinta, Kenyo, Amin, Tommi, Nana dan Kiky. Di foto bawah ada Vicky, Agnes, Yonanda, Ajik, Amal, Zulfa, Leila, Herka dan Mayang. Persamaannya: dua Ajeng (Kartikarani dan Kartikasari) nongol terus.. :p

Lalu, saya pun keluar dan bergabung, uyeih!

Mereka yang membersihkan ruang sidang saya: Leila, Riza, Syauqi, Nindya, Vicky, Agnes, Nanda, Maul, Harjok, Ajik, Herka juga... Kalian.. ah, saya sayang kalian... *hloh? ps: sorenya, Ajik jatuh pas futsal dan harus masuk RS, :(


***Dan, saya nggak ngerti dengan dua foto ini, apakah semacam cek kemampuan fotografinya Herka dan Maulana, sementaraa Tommi jadi modelnya? Hmmm....



9 comments:

  1. wah ada fotonya masa Fauzi juga. haha

    sebelum ujian dengrin Little by Little nya Oasis?? hmmm.. boleh juga tuh. setidaknya menambah semangat..

    wah namaku disebutin ik.. horeee!!
    trims ya. :))

    oke deh, congratulation. akhirnya salah satu fase dalam kehidupan terlaksana juga dengan sukses. :)

    ReplyDelete
  2. Hai… mas Pondra sahabatnya mas Chrisna dan ternyata, adik tingkatnya mas Fauji juga… sial. Sempit banget deh ini dunia…  iya, dia dateng tuh, dia itu kan penguji pertama tuh, udah kasih aku catatan banyak banget sore sebelumnya, hhee…

    baca bait (haduh, bait) pertama lirik little by little lagi deh mas, pasti tahu kan, kenapa itu lagu layak didengarkan berkali-kali… hhee, tapi keburu digalakin temenku deh waktu itu, jadi cuma sempet baca fatihah sebelum berangkat… 
    Hha, iya, kita kan ujian di hari yang sama. Dan sebelumnya sama-sama deg-degan juga. Tapi lancar kan? Dan lancar juga kan? Akhirnya yah… eh, jadi kasih pengujimu bread-talk kan? :p
    Selamat juga buat kamu mas… bentar aku akan lihat video ujianmu. Hhmmmm… ujian terkeren di awal februari, pake video clip musisi indie segala… :D

    ReplyDelete
  3. yup.. dunia memang sekarang nampak sempit. apalagi ada facebook dan twitter. jad tambah sempit aja nih kerasanya. haha

    bait pertama Little by Little apa ya?? maklum dah lama banget ninggalin dunia Oasis. hehe oke deh aku coba cek lagi Little by Little.

    alhamdulillah lancar. lancar juga kan ujiannya? gak jadi ngasih bread-talk kok. nyari yg lebih simpel aja..

    trims ya. :) ngomong2 skripsi tentang fashion juga keren lho. jarang2 kan ada mahasiswa yg tertarik ma fashion sebagai skripsinya..

    ReplyDelete
  4. Hhaaa… iya, sempitttt sekali. Sampai fauji juga agak kaget waktu aku bilang aku kenal kamu pas ujian mas chrisna itu… dan, lalu, tiba2, mas fauji mulai bercerita ttg kamu… #eaaah. :D
    Hha, iya, karena suka aja sama studi ttg fashion, karena akhirnya aku sempet tahu bahwa fashion itu nggak cm ttg pake baju bagus dan mengikuti tren, lebih dari itu… akan sangat panjanggggg… hhee,, dan, tau nggak, kajian ttg fashion dan musik hampir sama loh, di satu sisi bicara ttg art, di sisi lain bicara ttg industry. Menarik kan?
    tapi, mungkin, kalau musik nggak kena waktu ngomongin “konsumtif”, dan fashion kena… ah, gitu deh… padahal, padahal…

    e, aku udah lihat videomu. Kalau aku pengujimu, dan berumur sekitaran lima puluhan lebih, agak kaget baca liriknya dan dengerin masnya nyanyi dg penuh emosi gitu kali yah…
    Dan, oia, ini, aku suka foto masnya yang pakek paying kuning. Hhee.. :D

    ReplyDelete
  5. wah mas Fauzi bercerita tentang aku?? hmm.. cerita tentang apa nih?? pasti ada hubungannya dengan musik ya?? haha

    hmm.. betul juga ya. fashion itu juga tentang art. seni desain pakaian. makanya ada yg namanya catwalk untuk memamerkan karya-karya seni tersebut.

    haha.. bisa juga. musik gak kena kalo ngomongin "konsumtif", dan sedangkan fashion terkadang identik dengan konsumtif. hehe

    hmmm.. iya juga ya. musik folk jarang banget dinayanyiin dengan cara emo seperti itu. maka dari itulah Bright Eyes menjadi unik dan berbeda dari musisi folk yg lain. wah iya, aku juga setuju. Conor Oberst pas pake payung kuning keliatan keren. meski teriak2, namun bisa juga terlihat kalem (pake payung). hehe

    ReplyDelete
  6. Jadi, waktu di ujian mas Chrisna, kan kamu gak bisa dateng tuh, kan mas Chrisna bilang ke aku tuh, kalau kamu nggak jadi dateng, kan waktu itu aku kamu mau bawa L’alphalpha toh. Terus mas Fauji juga nanyain kamu ke mas Chrisna, kok kamu nggak dateng gitu. Terus dia tanya gitu, lah kok aku juga kenal kamu… hhe, iya, dia ceritanya pokoknya nggak jauh2 dari musik. Kata dia, (ini jangan GR loh), di sastra inggris, khususnya yang kajian amerika, mungkin cm kamu yang concern ke musik.. (nah kan, tetep musik). Sama ini, bukunya yg jakartabeat katanya dibaca kamu juga… gitu, gitu…
    Yuppp… bener, makanya ada perancang busana, makanya ada fashion show… dan, iyap, selalu kena kalau masalah “konsumtif”, mengingat produk mode dianggap tidak terlalu “useful” karena itu dilihat sebagai luaran saja… apalagi kalau udah ngomongin merek2 yang menjual produk mode dengan harga yang nggak masuk akal… hhe, tapi inti skrispiku nggak disitu, karena banyak hal lain yang lebih masuk akal dari mode selain masalah harga-harga itu…
    Sebenernya karena Conor Oberst pake payung warna kuning sih… hhaaa…
    Anyway, terimakasih kompilasinya, begonya saya, saya nggak sempet ngomong makasih, malah cuma bilang “kok bisa-kok bisa?”. Dan abis itu, beres pentas temenku, kalian aku cari udah nggak ada… banyak bangetttttt… dan, akhirnya, ada Sigur Ros. Aku punya cerita konyol ttg sigur ros ini, besok aku tulis ah… hhi… :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak banget ceritanya.. hehe
      wah mas Fauzi bisa aja tuh. kyaknya gk cuman aku deh yg nulis tentang musik.

      hmm.. kayaknya apa aja bisa dijadiin komoditas ya. kyak fashion yg harganya gak masuk akal itu..

      wah ada apa dengan warna kuning?? (jawabannya bisa dibaca di postingan di atas postingan ini) hehe

      hah?? emang ada apa dengan Sigur Ros?? oke ditunggu tulisannya

      Delete
  7. semoga, saya bisa cepat-cepat menyeleseikan analisis berita kriminal yang setumpuk ini
    dan menuliskan bebrapa paragraf yang senada dengan tulisan di atas

    selamat ya!

    oiya: saya berhasil naik kora-kora lagi semalem, tiga kali! dua bayar, satu gratisan, dan itu prestasi bukan ya? :D

    ReplyDelete
  8. hhaa..
    emang dasar mas fauji-nya aja yg suka cerita. mungkin maksudnya kmrin itu kali yah, yang mudeng musisi2 yang g familiar dg selera yg agak2 berbeda juga... :D

    kenapa kuning. hhaa. karena coldplay punya lagu yellow. ups. bukaan, bukan, yaitu karena: matahari, warna matahari, kalau kita ngegambar matahari waktu kita SD, inget, kita mengisinya dg warna kuning. benar? kan matahari itu menyinari bumi dan menghangatkan gitu... :D

    okai, setelah ini, mungkin aku akan bikin tulisan tandingan dari tulisanmu ttg nama-nama di kompilasimu kemarin... hhhaaaa.. :D *walaupun g akan sebagus tulisanmu. :D

    ReplyDelete