Sunday, February 12, 2012

...10 untuk sehari


Saya minta dua, saya dapat sepuluh.

Seandainya, setiap saya minta dua, saya mendapatkan sepuluh. Hidup saya pasti akan lebih bahagia.

Itulah, bonus yang tidak saya duga dari sekeping cd berisi kompilasi berisi 600an mega. Orang yang bikin itu, yang kalau saya boleh bilang, kalau kita ingin tahu musisi keren dan lagu-lagu dtak kalah keren yang tidak beredar di radio terkeren di kotamu, bisalah, tanyakan ke dia. Pada satu waktu, saya sempat membuka twitternya, bahkan dia punya reverensi lagu-lagu dengan berbagai bahasa, termasuk bahasa Swahili. Okai, jadi, kebayang kan, betapa freak-nya dia. Satu dari sekian banyak freak yang tersebar di bumi. Beruntung tidak sengaja mengenalnya.

Agak ajaib emang. Semakin membuktikan kalau dunia ini agak sempit. Dan kebetulan bisa terjadi di mana saja, termasuk ketika akhirnya saya mendapatkan cd ini.

Berisi sepuluh album. Boleh saya bilang, ini lagu untuk sehari. Lagu-lagu untuk pagi, siang, sore, malam, tengah malam, dan dini hari. Seandainya kita tidak tidur seharian, bisalah mempunyai teman lagu-lagu ini.

Awake! Awake! Barangkali bisa menjadi teman untuk mengawali hari. Walaupun akustik, power dan suara vocalisnya yang cheer-up mampu membangun mood. Kecuali untuk nomor Yellow barangkali, simpan untuk malam hari.

Bright Eyes dengan dua albumnya, “I’m Wide Awake, It’s Morning” dan “Lifted or The Story is in The Soil, Keep Your Ear to the Ground”, bersama Death Cab For Cutie dengan album “Plans”, terus juga si Matt Nathanson di album “Some Mad Hope”, dan The Weepies di album “Say I Am You”, cukup bisa diajak bekerjasama di pagi menjelang siang-siang yang panas-dan sore yang gerah. Percaya nggak percaya, biasanya, sound-sound macam mereka ini, jadi pengiring scene di serial Hollywood pas lagi move-on gitu. Pas lagi semangat. Atau, ehm, pas lagi nge-view landscape kotanya atau pas para pemeran di serial ataupun film lagi bahagia.

Agak malaman, selepas pukul sepuluhan, mari bertemu Hayley Hutchinson dalam album “Ghost in The Trees” dan L’alphalpha di album “When We Awake, All Dreams Are Gone”. Nggak apa-apa, sepertinya ini waktu yang sangat tepat untuk mendengarkan dua album ini. Mungkin kita masih diburu tugas atau apalah, dan mereka cukup fair untuk menyeimbangkan atmosfir di kamar kita (saya) yang sudah agak sumpek dan kita masih ingin melek. Lalu akan memilih tidur tanpa harus kepikiran yang tadi dikerjain.

Dan, kalau terpaksa harus melek sampai pagi, sepertinya Explosions in the Sky (The Earth Is Not a Cold Dead Place) dan Sigur Ros (Hvarf-Heim) cukup masuk akal untuk melawan suasana horror dan menciptakan suasana “ini dia!”.

Saya nggak ngerti juga, kenapa harus album-album itu? Saya belum sempat tanya, lupa tepatnya. Seperti saya lupa untuk berterimakasih juga…

Terimakasih mas Pondra… :)

4 comments:

  1. wah jadi speechless bacanya..
    gak nyangka aja hal sepele sperti memberikan beberapa koleksi album lama ternyata memiliki dampak yang sangat luar biasa. :)
    trims juga ya sudah menuliskan blog ini..

    hmm.. mungkin alasan mengapa memberikan kompilasi tersebut karena memang lagu2 tersebut mudah dinikmati meskipun belum pernah mendengar sebelumnya.

    selain itu, entah kenapa album2 tersbut memiliki aura positif tersendiri. ya mungkin terkadang ada lirik yg terkesan sedih, namun sebenarny itu adalah lagu yg optimis. lagu semisal All We Are nya Matt Nathanson atau mungkin lagu2nya The Weepies.

    sepeti dalam tulisan di atas. lagu pengiring scene film Hollywood pas lagi Move-On. jadi setelah dengerin lagu2 tersebut setidaknya bisa mendapatkan keoptimisan kembali. atau setidaknya kebahagiaan tersendiri. yang mungkin itu adalah salah satu alasan mengapa lagu2 tersebut yang akhirnya dimasukan dalam kompilasi. hehe

    well, sekali lagi terima kasih banyak ya. :)

    ReplyDelete
  2. kayaknya aku rada berlebihan gitu deh yah mas? Hhhaaaaa…

    ya abisnya, emang albumnya enak gitu yah. E, iya, beneran, itu udah aku buktikan loh, bisa buat sehari-semalam. Hheee… sambil mengamati: kayaknya kesemuanya itu cendrung akustik gitu yah atau didominasi gitar gitu…

    dan, iya, semoga bisa kasih efek positif dan optimis. Aku juga suka all we are deh… kayak pernah jadi soundtrack-nya apa gitu nggak si? Lebih suka death cab for cutie daripada the wippies… suka juga sama bright eyes… dan cover with or without you-nya u2 yang dibawain awake! Awake!...

    sempet curiga itu album2 favoritmu. Tapi kayaknya enggak, soalnya enggak ada Vanessa carlton-nya… ayo, ditunggu tulisan ttg post-rocknya yah mas… 

    ReplyDelete
  3. berlbihan?? hmm.. gak juga kok. menarik malahan. dibaca dari awal ampe akhir itu gak bosen.

    wah hebat, dengerin ampe sehari-semalam.. keren tuh..

    yup, semoga bisa menjadi musik yg positif. iya Death Cab for Cutie emang bagus. apalagi yg album itu. yg jelek kan pas dia ngisii OSTnya New Moon.. hehe soalnya setelah itu jd tambah populer di kalangan anak2 muda jaman sekarang.. heheh

    itu album favoritku juga kok. tp memang klo artis/penulis lagu/penyanyi favorit itu memang Vanessa Carlton. trus kenapa kok albumnya Vanessa Carlton gak aku masukan? seperti alasan yg sering aku berikan kpada tmen2 yg lain, karena albumnya terlalu berharga untuk dibagikan secara gratis. wkwkwkwkw

    ReplyDelete
  4. bdw, ak punya pertanyaan: emang, kalo musisi udh tenar atau lagi terkenal2nya... musiknya nggak worth it lagi yah?

    dan, ini, apa yang harus dilakukan biar dapet album vanessa carlton?

    ReplyDelete