Monday, November 21, 2011

...there's no another yellow



Apa yang membuat Yellow begitu istimewa? Secara subjektif, saya bilang, karena itu puisi.

Lebih dari itu, Yellow itu mengajak saya diam, hening, dan di sana ada sesuatu yang bagi saya, hanya terjelaskan dengan kalimat, “you know I love you so”. Tentang apa pun itu, itu adalah sesuatu yang benar-benar istimewa, “for you I bleed myself dry”. Maka Yellow menjadi sakral. Sekali lagi, bagi saya.

Naif kalau saya menginginkan yellow-yellow yang lain. Naif pula, jika Coldplay tidak berubah dari empat belasan tahun lalu. Bagi saya, bahkan bagi Chris Martin sendiri, selain dia sadar itu merupakan hit single yang besar, lagu itu juga menjadi sangat penting bagi dia. Di dalam liriknya, Chris mengungkapkan sesuatu yang sangat penting bagi hidupnya, semacam kekaguman terhadap keindahan dunia. Saya kutip wawancara dia di Rolling Stone Indonesia, Agustus 2008 yang kebetulan tadi saya baca lagi waktu sedang beres-beres, gini kata Chris, “Itu memang penting bagi saya. Kalau tidak, tanpa harapan, apa yang ada? Tanpa rasa takjub, rasa kagum?”.

Ceritanya, itu lagu yang tanpa sengaja tercipta, dalam satu sesi rekaman buat lagu Shiver (satu album di “Parachutes”). Waktu itu, produser mereka berbicara tentang indahnya bintang-bintang di langit. Ya, benar, maka munculah kalimat “Look at the stars/Look, they shine for you/They were all yellow.” Lalu Chris lari ke kamar mandi dan menuliskan liriknya hingga jadi. Dan, buuum, kita menikmati Yellow hingga hari ini. Saya terutama. Jadi ternyata salah yah, dulu saya pernah digombalin kalau itu lagu tentang senja di sebuah pantai, tapi ya entahlah ding, toh video klipnya itu Chris lagi jalan-jalan di pantai berlatar langit senja yang au, au, auuu.

Jika “Parachutes” menjadi titik awal yang mencengangkan bagi Coldplay, dengan Shiver dan Yellow. Atau ketika “A Rush Of Blood to The Head” dengan In My Place (saya pertama kali tahu Coldplay dari lagu ini, sekitar kelas 1 SMP sepertinya, atau mungkin kelas 6an SD, bersamaan dengan menghafal lagu-lagu Westlife). Atau ketika mereka banyak dihujat dalam “X&Y”, padahal di sana ada Fix You, Speed of Sound, dan What If (konyol kan?). Lalu mereka menjadi begitu luar biasa dalam “Viva La Vida (Death And All His Friend)”, dimana saya merasa hampir semua lagu di album ini luar biasa. Semacam saya belum mengerti kenapa ada Strawberry Swing (sempat curiga ini terinspirasi Strawberry Fields Forever-nya Beatles) dan Life In Technicolor. Itu dua lagu dari judulnya saja, sudah sangat oke.

Maka, sekarang mereka bermain-main dengan “Mylo Xyloto”. Dan kenapa single Every Teardrop is A Waterfall tiba-tiba menjadi tidak begitu keren? Karena terasa ingin mengulang kehebatan Viva La Vida yang megah dan bersemangat, tapi tidak kesampaian. Lalu kita mulai diajak untuk mendengarkan Moving To Mars dan Major Minus. Lagi-lagi, saya terbayang-bayangi Lost! untuk Moving To Mars dan Life In Technicolor untuk Major Minus, catatan, saya belum sempat mendengarkan Charlie Brown. Tapi, mari beri selamat pada Coldplay, karena mereka punya Paradise, rasanya lagu ini menjadi lebih baik diantara empat single terbaru mereka (sampai detik saya menulis ini, saya baru dengerin empat lagu ini).

Tapi, terlepas nanti saya bakal tetap tergila-gila dengan mereka, intro Paradise mengingatkan saya pada sinetron. Entahlah, walaupun tentu saja, mereka tetap megah dan kaya. Tapi, ada yang mengganggu saya secara tiba-tiba. Gangguan yang berubah menjadi kekaguman. Kenapa Chris menjadi senang untuk mengulang  pra-frasa macam “para-para-paradise” berulang-ulang, seperti pada Every Teardrop dia juga mengulang, “Is a wa-wa-wa-waterfall”. Apa deh, Chris Martin? Awalnya saya merasa aneh, tapi memang, barangkali itu poin menariknya. Dia mengulang di saat yang tepat.

Tanpa sengaja, saya dan dua orang teman yang sama-sama suka Coldplay, walaupun taraf kesukaan kami masih pada tahap amatiran, merasa ada yang belum “coldplay bangett” di album ini. Kalau bagi saya sendiri, seandainya single Christmas Lights boleh dimasukan ke dalam list album ini, Christmas Lights akan menjadi yang paling matang di antara Every Teardrop, Major Minus, Moving to Mars, bahkan Paradise.

Saya bilang juga ke teman saya waktu kapan gitu, tentu kita tidak akan mendapatkan lagu-lagu macam Yellow atau In My Place lagi, tapi, percaya deh, mereka bisa hebat dengan cara mereka sendiri. Waktu itu teman saya bilang bahwa Coldplay lebih hebat di album-album terdahulunya dan sementara teman lain bilang, mereka kini menuruti selera pasar. Tentang selera pasar, tiba-tiba saya merasa tidak terlalu sepakat. Okelah mereka tidak se-britpop dulu, tapi setidaknya mereka terus membuat album, tidak seperti Oasis. Mereka membuat sesuatu mengikuti apa yang mereka dapatkan kini. Saya kira, Coldplay tetap kaya (musiknya), tetap berpuisi, dan tetap mencipta lagu bagus. Kalau misal saya harus terpaksa sekali membandingkan mereka dengan Lady Gaga misalnya, hhhi…

Dan tidak lupa, tiba-tiba saya jadi memperhatikan personal style mereka sejak Viva La Vida. Lihat bagaimana jaket macam pelaut nakal atau jendral kucel yang dipakai mereka menjadi trademark tersendiri. Bahkan, dulu saya dan teman saya langsung teriak, “Ah, Giring, apaan sih, pakai jaket macam punya Coldplay!!!!”, ketika menonton sebuah siaran televisi, dan lalu, banyak pemusik Indonesia berjaket macam mereka. Pertama-tama dulu saya lihat Nidji, terus D’Massive juga, terus kapan kali, yah Armada juga pakai, ST12 juga pakai. Desainer mereka nggak oke sekali.

Dan tiga tahunan berlalu sejak Viva La Vida, dan kini mereka berpakaian ala ehm, belum tahu istilahnya, jaketnya hanya jaket biasa yang teman laki-laki saya kebanyakan juga punya. Cukup berkaos tipis (ini udah dari dulu si kayaknya), dan berjaket warna-warni yang gelap. Kalau kita sempat mendapatkan gambar kupu-kupu yang indah di beberapa lagu macam Lovers In Japan, maka kini mereka bermain-main dengan cat spray dan menulis tentang UFO. Yah, benar, UFO. Barangkali ada hubungannya dengan Moving to Mars…??? Mereka matang sekali dalam perencanaan ini, mungkin, bagi mereka, album tidak hanya tentang lagu-lagu bagus, tapi juga tentang karakter yang ingin dibangun melalui visualisasi macam desain logo, warna-warna, tindakan, konsep foto, kata-kata, barang-barang (ingat tivi lawas, drum, dan piano lawas di Viva La Vida kan??) dan tentunya, pakaian.  Saya jadi teringat teman saya yang membuat tulisan VIVA di kaos dalamnya yang berwarna putih dengan cat poster warna merah, dan memamerkannya pada saya satu waktu. (Hampir) persis dengan yang dikenakan Chris di klip Viva La Vida. Hhhi… apaan deh sekali.

Dan mereka, jika barangkali “Mylo Xyloto” tidak cukup banyak menggebrak macam “Viva La Vida” kemarin. Mari berharap akan ada “Viva La Vida” setelah “X&Y”. Akan ada yang lebih hebat setelah ini. Tadi saya udah bilang belum yah, kalau Paradise tak kalah oke dibanding The Scientist… ??

Oke, saya tahu, tidak akan ada Yellow yang lain. Tapi mereka punya Chritsmas Lights yang sangat indah dengan caranya sendiri…:))

5 comments:

  1. salam kenal.. :)
    jujur setelah membaca review di atas saya langsung tercengang. memang istilah di atas langit masih ada langit itu benar. ternyata, tulisan saya pun masih kalah unggul dengan tulisan di atas. :))

    setelah membaca tulisan di atas, ada beberapa poin yg ingin saya garis bawahi.

    1. Naif kalau saya menginginkan yellow-yellow yang lain

    saya sangat setuju dengan pendapat di atas. betul, tidak akan pernah ada Yellow Yellow yg lain. mengharapkan Yellow yg lain itu layaknya mengharapkan Iris Iris yg lain milik Goo Goo Dolls. hal itu tidak akan pernah terwujud. karena
    Yellow adalah Yellow, tidak ada yg lain. maka dari itu, mengapa Yellow menjadi Yellow alias spesial.

    2. Atau ketika mereka banyak dihujat dalam “X&Y”, padahal di sana ada Fix You, Speed of Sound, dan What If (konyol kan?)

    sekali lagi setuju dengan pendapat tersebut. okelah X&Y tidak easy-listening layaknya A Rush of.. namun X&Y itu adalah sebuah fase, fase menuju Coldplay yg baru. yg menjadi Viva La Vida. lebih berwarna dan lebih ceria. itu pendapat saya.
    dan memang sangat konyol, album yg menaungi Fix You malah dihujat. padahal Fix You itu bisa jadi pengganti lagu kebangsaan Inggris God Save the Queen. hehe

    3. Ah, Giring, apaan sih, pakai jaket macam punya Coldplay!!!!”,

    klo memang ingin menghujat, harusnya ini yg dihujat. entah kenapa saya sangat setuju dengan pendapat anda yang satu ini. Giring sepertinya terlalu PD dengan bandnya, sampai2 niru gaya Chris Martin. dan sayang sekali mereka agaknya gagal. terbukti lagu2 di album barunya sekarang gak populer lagi.

    4. Every Teardrop is A Waterfall tiba-tiba menjadi tidak begitu keren?

    setuju juga dengan pendapat di atas. saya pun jaid curiga apa karena sekarang para pendengar Coldplay itu anak2 kimcil dan galau, jadi Waterfall pun gak keren didengar. karena didengarkan oleh kimcil dan galauers..

    mungkin itu beberapa tanggapan dari saya. misal kurang berkenan saya mohon maaf. saya sangat tertarik dengan tulisan di atas. dan sepertinya saya pun akan menjelajahi blog ini.:)

    ReplyDelete
  2. wah... saya seneng ada yang panjang kasih comment.. :)

    ttg nomor 4,
    gini,
    kenapa menurut kamu coldplay tahu kalau yang ngedengerin itu "kimcil" dan "galauers"??

    kayaknya enggak deh,:)
    jadi, kayaknya kurang signifikan, kalau every teardrop jadi jelek, hanya karena yang dengerin coldplay...:)

    saya nganggep gitu, karena viva la vida itu anthem banget, dan, every teardrop nggak se-anthem viva la vida, dan sebagai single pemancing, every teardrop itu kalah banget dibanding viva la vida.. :)

    ReplyDelete
  3. hahaha.. kenapa kimcil dan galauers, karena memang sekarang lagi jamannya kimcil dan galauers menghantui Indonesia. jadi musik yg bagus pun jadi terkesan kurang menarik karena didengarkan mereka.

    sebenarnya Waterfall itu bagus kok. lirik juga oke. klo dibandingin Viva La Vida emang kalah jauh.

    tp kan itu single pertama Mylo Xyloto, jd kayak introduction seperti apa albumnya ntar. penuh syntesizer pastinya. dan karena penuh syntesizer, jadi pasti berbeda dengan single di album sebelumnya.

    klo musik anthemic, sepertinya belum bisa ngalahin Fix You deh.. haha. itu pendapat saya. :)

    ReplyDelete
  4. tapi, dari keseluruhan lagu coldplay, secara pribadi, yellow masih jadi juara.. :)

    hhhaa..
    okelah, galauers, itu cuma tren aja kok, berawal dari trending topik twitter, pasti bakal ilang di tahun 2012 ini lah...

    tetep nulis terus ya Pondra, :)

    ReplyDelete
  5. betul Yellow tetep juara.
    sebuah lagu yang Coldplay banget. :)

    iya juga ya. mungkin istilah itu akan berakhir di tahun ini..

    siap.. tetep nulis juga ya,, :)
    mungkin berkunjung ke blog saya juga boleh
    http://thelifelearner.blogspot.com

    ReplyDelete