Saturday, June 25, 2011

…you can’t have it all #2

Saya meninggalkan satu. Saya meninggalkan satunya lagi. Dan akhirnya saya pun tak mendapatkan satunya lagi.

Itulah yang ada di pikiran saya tiga hari ini. Bahwa benar jika, “kamu menginginkan satu, maka ambilah satu. Karena dua, (apalagi tiga), barangkali akan membunuhmu”. Saya srakah? Barangkali. Manusia mana yang tak ingin punya banyak? Atau tepatnya, saya tidak punya sikap. Saya peragu. Tapi, manusia mana yang tidak peragu?
Dengan dua sahabat terdekat saya, (yang rasa-rasanya kami semakin jarang bertemu, tapi justru lebih banyak bercerita), dengan semangat mereka. Saya mendapatkan bahwa, yang harusnya paling tahu yang saya mau adalah diri saya sendiri. Dan sekarang, sekarang, saya sendiri bahkan tidak tahu apa yang saya mau.
Guess what? Nalar saya nggak kerja, apalagi rasa. Saya menjadi temperamental. Saya menjadi lebih drama queen. Saya lebih banyak melakukan hal-hal yang membuat saya lebih tidak menyenangkan daripada lebih menyenangkan orang lain, bahkan kadang saya senang jika ada orang yang diam-diam ngomongin kejelekan saya di belakang. Saya lebih banyak sinisnya, daripada berfikir positif dan optimis. Intinya, saya banyak berubah.
Saya tanya ke mereka, “bukannya orang selalu berubah? Terus kenapa kalau saya berubah?”. Bagi mereka, tidak ada yang salah dengan berubah. Apapun itu saya percaya mereka selalu ada untuk bersama. Tapi sikap saya itu harusnya bisa diubah. Lebih santai, lebih tenang. Seperti sebelumnya.
Seperti catatan saya sebelumnya, saya memang kehilangan sikap dan ketenangan saya sebelumnya. Saya membandingkan saya dengan saya satu atau dua tahun lalu, saya justru menjadi lebih kekanak-kanakan dan tidak stabil. Saya meledak-ledak. Saya tidak tenang. Dan kenapa, pada akhirnya saya sadar, saya capek.
Saya capek, menjadi siapa dan entah mengejar apa.
Tiba-tiba saya sadar. Barangkali saya bahagia, tentu saja. Tapi, tiba-tiba saya jadi ragu. Jika bahagia adalah mencapai tujuan dari sebuah alasan. Semacam, adanya tujuan ketika memilih pulang. Adanya tujuan ketika bertemu seseorang. Adanya tujuan ketika mengerjakan sesuatu. Adanya tujuan ketika memilih berjalan. Saya tidak punya tujuan, kalaupun punya, saya tidak yakin, itu tujuan saya.
Saya ingat tentang “work hard, play hard”, itu istilah dosen saya sih. Sepertinya dalam “work” itu cuma bertujuan untuk “endthen play”. Sepertinya saya lupa, untuk “learnand “through”.
Selesai itu nggak cuma selesai, tapi ada yang baru untuk dimulai. Yah, so, “I’m going back to the start”. To everything. Live, love, learn, dream, or just enjoying something fun.

I can’t have it all. So, I’m starting now. From nothing…[]

No comments:

Post a Comment