Monday, June 20, 2011

…being single now.


“Zookeeper hear me out, how dare you go? Cold in the rain.” (The Zookeeper’s Boy-MEW)

Teman saya putus dengan pacarnya. Saya bertanya, “Kamu yakin, mau putus dengan pacarmu?”. “Kamu yakin, kamu tidak akan menyesal, meninggalkan orang yang kamu sayang?”. “Kamu yakin?”. Ternyata kita cuma butuh keyakinan. Dan meyakinkan orang.
Dan bagi dia. Berpisah, atau setidaknya, tidak terikat hubungan “berpacaran” atau “in a relationship with…” lagi, merupakan cara terbaik. Kesadaran bahwa, “He is, not Him”, menjadi alasan, ketika hubungan tidak lagi memiliki komunikasi yang lancar dan pada satu titik, sampailah pada kesadaran, sepertinya bukan dia, sepertinya sudah tidak ada lagi keinginan untuk bersama.
Lalu, sebenarnya apa yang mendasari ketika kita memilih seseorang, obrolan kami berlanjut. Pada dasarnya alasannya sama, kita suka, atau mungkin menemukan banyak kesamaan, dan pada akhirnya, memilih untuk berkomitmen bersama. Dan ketika rasa suka itu ternyata perlahan-lahan hilang, kesamaan-kesamaan tidak lagi cukup menjadi alasan untuk tertap bersama, dan pada akhirnya, “relationship” menjadi beban tersendiri. Ya beban harus perhatian lah, ya beban untuk menjaga agar hubungan tetap harmonis, ya beban untuk lebih mengerti dan memahami, ya beban untuk menjaga diri kita sendiri dari hal-hal yang tidak mengenakan. Sayangnya, seringkali ada ketidakseimbangan antara dua orang dalam hubungan itu, agar menjaganya tetap stabil di titik yang seimbang.
Bagi saya sendiri, sebuah relationship adalah tanggungjawab. Meskipun itu bukan sesuatu yang dideklarasikan secara resmi sehingga akan ada perayaan bulanan atau tahunan. Karena beberapa teman ternyata memilih untuk tidak memiliki keterikatan semacam itu. Yah, barangkali mereka akan melakukannya dalam satu lembaga yang lebih berkualitas, ketimbang pacaran gaya anak ABG. Tapi, di sisi lain, relationship yang mengerti peran masing-masing akan lebih berkualitas, ketimbang “no relationship, but loving each other” itu. Setidaknya kita tahu harus bersikap apa dan sadar diri atas sikap-sikap itu. Di situlah letak tanggungjawabnya. Jadi, ketika memilih untuk berpisah atau membentuk hubungan yang entah seperti apa dalam bayangan masing-masing pribadi, tanggungjawab itu mutlak diperlukan. Termasuk ketika memilih berpisah.
Ketika saya beranjak meninggalkan teman saya setelah percakapan yang cukup panjang. Tidak hanya tentang dia, tapi juga tentang saya. Kami berpandangan dan saya bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan jika dia (mantan pacarnya) memilih untuk tidak menerima kalian berpisah?”. Dan dia bilang, “Ya. Itulah letak kesulitan terbesarnya. Meyakinkan dia bahwa berpisah lebih baik dengan bermacam alasanku. Karena, sepertinya dia masih belum bisa menerima alasannya. Dan membuat aku galau dengan alasan-alasannya lagi,” jawabnya. Bukankah seringkali terjadi demikian?
“Apalagi dengan jawaban, ‘aku akan bahagia, yang penting kamu bahagia’,” lanjutnya. Kami sepakat, kalimat macam itu adalah kalimat klise yang menjengkelkan. Bagi saya, itu merupakan semacam alasan bodoh dan tidak masuk akal. Semacam ingin berteriak, “Lebih baik kamu marah sama saya. Dan dua tahun lagi kita baikan dan berteman.” Yah, sedikit sarkas dan tidak fair.
Tentang being single now, apalagi selain alasan bahwa kita bisa memiliki ruang selebar-lebarnya untuk sesuatu yang lebih bermanfaat, setidaknya bagi diri kita dan kemudian orang lain. Walaupun dalam beberapa hal, berangkali kata “galau” sering menjadi guyonan beberapa teman single, dan baiklah, saya juga tentunya. Tapi, pernah kepikiran nggak si, bahwa di ruang yang lebar itulah seharusnya kita memperbaiki kualitas diri dan mulai fokus pada hal-hal yang kita inginkan. Termasuk mengakhiri single itu tadi barangkali. Karena, percalah, menjadi diri sendiri membutuhkan lebih banyak tanggungjawab.
If, being in a relationship is about being take a responsibility, being single si about take more responsibility. Dan, (kembali) akan ada dua perempuan menyedihkan yang main game hingga pukul tiga pagi lagi… Make sure for everything you take sista’J
How dare we go, cold in the rain. That’s the risk and the responsibility… []

No comments:

Post a Comment