Monday, June 20, 2011

...cheapness (murahan)

Saya yakin. Dalam bahasa Inggris, murahan bukan berarti cheapness. Yah, tapi begitulah adanya saya ingin bicara. Tentang menjadi murahan. About being ‘cheapness’.
Dari mana saya menemukan kata yang rada murahan itu? Adalah dari sebuah percakapan dengan seorang teman. Dan bagaimana, yah, maaf, namanya juga perempuan, kami berbicara tentang tingkah polah teman perempuan lain. Hingga pada satu kalimat panjang, keluarlah kata, “murahan” itu. Celakanya lagi, hal itu adalah untuk menilai orang lain. Celakanya, adalah perempuan-perempuan juga yang mengatakannya.
Saya kaget tentang bagaimana kita harus menilai seseorang menjadi murahan atau mahalan. Yang saya tahu, murahan biasa kita sematkan, maaf, pada ya, tau sendirilah. Dan bagaimana jika itu disematkan pada perempuan yang sama saja dengan kita.
Bagaimana jika murahan, adalah, ketika kita tahu kita suka dengan si A, tapi masih saja mau menerima rayuan si B atau si C. Lalu mau jalan dengan si D, lalu rajin sms-an dengan si E. E, kemudian pacaran dengan si F. Cukup beberapa waktu, putus dengan si F. Mulai lagi dekat dengan si G. Padahal semua orang tahu, kita suka dengan si A. Si A. Catat. A.
Setidaknya begitulah alur untuk disebut murahan. Kenapa bisa? “Kalau begitu, saya murahan juga dong ya?”, saya bertanya pada teman saya itu. Sontak dia jawab, “Bukan, bukan. Kalau kamu beda.” “Ah, apanya yang beda. Kalo parameternya sama. Banyak orang murahan dong. Nggak cuma perempuan murahan. Tapi juga laki-laki murahan.” Dan teman saya masih ngotot untuk kasus orang yang kita bicarakan ini beda. Dengan berbagai alasan yang dia kemukakan.
Ah, baiklah. Selesai dengan mengaggap orang lain murahan. Saya terngiang-ngiang dengan kata murahan. Bukannya memang ada kalanya orang dekat dengan beberapa orang? Lalu kenapa harus disebut murahan. Yah, walaupun pada akhirnya memang anggapan itu akan dikaitkan dengan misal, bagaimana menempatkan diri, bagaimana bersikap, dan bagaimana menjaga self esteem. Tapi, tetap saja, membicarakan orang lain rada tidak fair. Dan itulah yang saya lakukan beberapa hari lalu. Toh ya, pada akhirnya sikap orang memang harus dinilai orang lain. Jangan-jangan saya aja yang nggak tahu, kalau saya, dan kamu, dan kita semua, bisa saja disebut murahan oleh orang atau teman-teman kita sendiri, di belakang kita. Benar?
Tapi, setidaknya ada sebuah pencerahan dari kata murahan itu. Yaitu, semacam doa, “Ya Tuhan, jangan sampai ada yang membicarakan saya di belakang saya. Dan mengatakan saya murahan”. Lalu doa, diikuti semacam niat. Untuk kemudian ingin ditanamkan di dalam pikiran. Dan mencoba dilakukan dalam perbuatan, yaitu tadi, dengan membawa diri, bersikap, dan menjaga self esteem.
Walaupun pada akhirnya, udah deh, terserah-serah aja orang mau ngomong apa. Dan kemudian membela diri. Bagaimana kalau murahannya dalam hal ini adalah, murah hati, murah senyum? Masih sama murahannya kah?

No comments:

Post a Comment