Saturday, January 19, 2013

...sabtu sore dan hujannya yang membuat kita lupa pada malam minggu dan segala romantisme klasiknya


Untuk apa pulang terburu-buru? Memangnya siapa yang menunggu?

Kamar tidur yang hangat, segelas cokelat panas, biskuit vanilla, buku bacaan tentang Islam yang tak juga kutamatkan, dan The Rip Tide-nya Beirut.

Tapi bukan kalimat itu yang keluar. Tak ada kalimat apapun yang keluar sampai terasa angin berhembus dari jendela.

Sebelum hujan, aku harus pulang. Kataku.

Karena terjebak hujan di jalan berarti terjebak hingga berjam-jam setelah hujan berhenti. Dan kita tak pernah tahu kapan awan berhenti menghabiskan bebannya.

Lagipula angin siang ini begitu mengerikan. Matahari juga bersinar cukup terik. Panas pemanggil hujan. Seperti harum bunga mengundang kumbang sebulan setelah musim hujan.

Aku pulang,
Dan hujan pun datang.

Ia tak masuk melewati pintu yang sama denganmu. Ia menyapa lewat ketukan jendela dan suara hangat yang menyentuh atap.

Malam minggu ke mana?

Tidakkah dia tahu jika bertemu hujan di dalam kamar itu sangat menyenangkan. Dari pada bertemu dengannya di pojok cafe dengan menu khas Eropa.

Tidakkah dia tahu jika hujan di Sabtu sore itu lebih indah dari film box office yang berkisah tentang cinta seorang suami pada istrinya yang memang sudah seharusnya seperti itulah suami mencintai seorang istri. Meski, aku cukup terperangah dan takjub ketika tahu kenapa Habibie menuliskan kisah cintanya dan lalu MDentertainment memfilmkannya. Aku tidak tahu ini ada atau tidak di bagian film itu, aku tidak tertarik menontonnya.

Selepas Ainun meninggal, dokter menyarankan Habibie untuk melakukan sesuatu agar ia tidak hanya diam. Salah satunya dengan menulis dan mendirikan perpustakaan. Kenapa? Karena jika pikirannya tidak dialihkan ke hal lain. Bisa jadi ia akan segera menyusul sang istri. Itukah cinta?

Kau tahu kan sekarang, cinta bukan berarti bermalam mingguan tiap sabtu sore tau. Apalagi ketika hujan deras mngguyur hampir semua bagian kota.

Aku pulang,
Dan hujan pun datang. Kami sedang berbicara berdua di kamar.

No comments:

Post a Comment