Monday, August 5, 2013

...dari, ananda


“Mbak, nek ana masalah, apa kesulitan kerja, apa liane, matur mama. Mbok mama bisa bantu doa kayak mbien pas mbak sekolah. Nggih mbak?” (Mbak, kalau ada masalah, atau kesulitan kerja, atau yang lainnya, bilang mama. Siapa tahu mama bisa bantu doa seperti waktu mbak sekolah. Ya mbak?”

Itu adalah sms ibu saya beberapa hari lalu. Saya baca waktu baru bangun tidur. Ada yang hangat di dada saya ketika itu.
Paginya, sekitar jam 6-an, saya masih tidur waktu ibu saya telpon saya. Dia ngingetin saya kalau saya udah difitrahi, dibayarkan zakat fitrahnya maksudnya, jadi saya nggak usah zakat fitrah lagi, kalau mau zakat, katanya, itung zakat biasa aja. Setelah “Nggih, Nggih, Nggih, dan Nggih…” saya tidur lagi. Sampai siang. Dan ketika bangun, saya baca pesan singkatnya.
Ya, saya selalu lari ke ibu saya jika saya kenapa-kenapa. Nggak bisa ngerjain tugas, demam dikit, sakit gigi dikit, susah ketemu dosen, putus sama pacar, marahan sama temen, dan tentu ketika kehabisan uang. Jaman ngerjain skripsi, ketika saya nggak berani pulang, kalau saya susah banget ketemu dosbing, saya akan menelpon ibu saya dan minta didoakan agar semuanya lancar. Dan seringnya, keesokan harinya saya akan bertemu dosbing saya dan segala masalah perskripsian beres dengan sendirinya. Ajaibnya doa ibu.
Tapi sekarang saya agak sungkan mau cerita-cerita apa saja. Bukan apa-apa, tapi ibu saya suka agak khawatir berlebihan. Bagi dia, Jakarta itu sangat mengerikan. Waktu ibu saya telpon, saya bilang saya lagi tidur di kostan dan nggak kerja karena agak demam, besoknya dia datang. Padahal saya cuma malas berangkat kerja dan pura-pura demam. Heks! Cuma sekali sih, karena setelah itu saya marah-marah, maksud saya biar dia nggak usah repot-repot gitu. Tapi ternyata maksud dia adalah biar dia bisa nengokin saya. Gitulah pokoknya… ribet-ribet tapi manis gimana gitu.
Yang khas sebenarnya kalimat-kalimat sederhannya. Andalannya, “Sabar…”, “Coba lagi besok…”, “Mungkin kamu yang salah…”, “Belum jodoh…”. Nggak perlu teori dan kata-kata motivasi panjang. Mungkin sederhananya begini, pada akhirnya saya tahu saya akan baik-baik saja.
Tapi sebaliknya, ketika dia memiliki masalah khas ibu-ibu, dan dia cerita ke saya, pasti akan saya tanggapi dengan, “Hmmmmm…”, “He’em…” “Masa?” “Hah, mama sih?”. Khas saya bangetlah pokoknya. Cuek-cuek pengen tahu tapi nyinyir juga ujung-ujungnya. Meski ibu juga mulai berbagi banyak hal besar ketika saya sedikit beranjak besar, yang membuat saya tahu, ada hal-hal yang sebelumnya tidak pernah saya ketahui dan itu ternyata banyak berpengaruh terhadap saya.
Pasti cerita tentang ibu saya, atau ibu kita nggak akan pernah ada habisnya.
Bagi anak-anak perempuan, mungkin kita akan mengingat cerita tentang: pengalaman menstruasi pertama; tentang apakah kita boleh punya pacar atau tidak; tentang kenapa kita harus berhijab dan bagaimana jika tidak, mungkin; kenapa kita sebaiknya tidak memakai rok mini; kenapa menggunakan bedak dan lipstick dan deodorant dan lulur dan parfum; bagaimana memilih potongan rambut; apakah kita cantik? Karena teman kita lebih cantik; bagaimana memilih tomat dan sayur yang lebih baik di antara tumpukan tomat dan sayur yang kelihatan sama; bagaimana memasak sop ayam; suami itu apa? dan bagaimana cara memilihnya?; Jadi ibu itu nanti gimana?
Setidaknya itu beberapa hal remeh-temeh yang saya obrolkan dengan ibu saya. Beberapa kawan juga bercerita tentang hal yang sama tentang ibu mereka. Ya, setidaknya kawan-kawan terdekat yang mau berbagi banyak cerita dengan saya. Selalu ada obrolan tentang, “Kata ibuku…bla…bla…blaaa…” Ajaib yah, bagaimana seorang ibu mempengaruhi banyak hal pada diri kita.
Saya tidak tahu sifat apa saja yang ada pada dia yang juga ada pada saya. Karena kadang kita sama, sering pula saya nggak setuju dengan ibu saya. Tapi, yang saya tahu, pada akhirnya saya selalu salut dengan keputusan-keputusan yang dia lakukan. Saya tidak mau memilih perempuan lain untuk jadi ibu saya. Meski ibu saya nggak punya pilihan lain untuk punya anak seperti saya. Karena saya kira saya bukan anak yang baik. Apa selama ini saya selalu membuat dia tertawa bahagia? Saya tidak yakin.
Dulu, di usia seperti usia saya sekarang, kalau kalkulasi saya nggak salah, sepertinya ibu saya sudah mengandung saya. Saya bingung mau ngomong apa lagi… karena hari ini dia berulangtahun, dua kali lipat usia saya sekarang. Saya ingin sekali bertanya, bagaimana rasanya terus berjalan hingga selama ini?
“Apa mama bahagia? Semoga dan selalu yah, Ma…”



Saya menyimpan KTP masa gadis ibu saya. Hhi, rambutnya asoi yah? :D

No comments:

Post a Comment