Wednesday, March 21, 2012

...mode.fashion.fesyen.mode?


Jadi, ceritanya, sepertinya saya harus membagi sedikit pengalaman belajar tentang mode. Atau selama ini kita lebih kenal dengan istilah fashion, atau fesyen. 
 

Tapi ada satu yang mengganjal sebenarnya.

Begini, selama ini, saya menemukan tulisan tentang mode, adalah tentang seputar: bagaimana terlihat luar biasa setiap waktu, setiap suasana, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Judul misal “How to look stunning from head to toe.” Tentu saja saya agak kurang bisa menulis seperti itu, karena saya sendiri tidak seperti itu. Saya di sini, adalah penonton. Walaupun ada beberapa penulis mode (fashion writer) yang tidak hanya membahas tentang itu. Lebih dari itu.

Tapi, selalu, sebelum menulis tentang sesuatu yang disebut mode itu, saya selalu dihantui pertanyaan: apakah saya cukup modis? Dan, jawabannya adalah: kalau mode itu adalah hanya sebatas tentang “how to look stunning everyday-every time-every moment, from head to toe”, tentu saja saya tidak semodis itu, apalagi jika ditambah kalimat “with branded things”. NO, besar.

Kemudian saya jadi ingat, konsep mode adalah tentang melakukan sesuatu, bukan sekedar tentang mengenakan sesuatu. Bukan sekedar mengenakan barang bermerek dan terpampang cantik di satu halaman majalah lengkap dengan keterangan merek-merek yang dikenakan dan tempat membelinya. Bukan hanya tentang “bagaimana terlihat bla.bla…” tapi juga tentang “kenapa kita harus melakukan itu?”. Tentang sikap.

Setidak-tidak modis-nya kita merasa, proses memilih baju yang tidak modis atau mengikuti tren pun merupakan bagian dari proses mode itu sendiri. Misal, kelompok punk yang anti-fashion, yang anti kemapanan, justru menjadi “it fashion” itu sendiri karena mereka melakukan resistensi terhadap banyak hal yang fashionable bagi kebanyakan kita. Serba hitam, doc mart, rambut spike, piercing, hei, itu sangat identik dengan kelompok mereka bukan? Nah, itu dia. Mereka menunjukan sikap mereka dari apa yang mereka kenakan.

Saya bukan fashion stylist, dan saya tidak akan banyak bicara tentang bagaimana terlihat “ohwauuuuwwwww”, karena saya percaya, tiap orang harus(nya) punya gaya dan caranya sendiri. Dengan demikian, dia akan merasa luar biasa di mana saja. Perubahan gaya wajar terjadi, karena banyak hal yang akan berubah seiring berubahnya seseorang, tapi, saya kira, yang paling tahu apa yang terbaik untuk diri kita adalah diri kita sendiri. Termasuk soal mode.

***

Menurut The Bernhart Dictionary of Etymology, seperti ditulis Yuniya Kawamura di Fashion-ology (2005), kesadaran akan gaya berpakaian pertama-tama muncul sekitar tahun 1300-an. Sementara The Dictionary de la mode au Xxe siècle3, mengindikasikan bahwa istilah mode dipahami sebagai cara berpakaian sekitar tahun 1482. The New Oxford English Dictionary on Historical Principles menerangkan bahwa, kata fashion berarti sebagai tindakan atau proses mulai dari membuat, cara, kebiasaan, penggunaan dalam konteks kekinian ataupun adat-kebiasaan dalam berpakaian. The word ‘fashion’ primarily as the action/process of making, manner, a prevailing custom, a current usage, conventional usage in dress and mode of life.

Lebih jauh, Malcolm Barnard  menjelaskan etimologi kata fashion berasal dari bahasa Latin “factio” yang artinya membuat atau melakukan, “facere” yang artinya membuat atau melakukan. Karena itu, arti asli fashion mengacu pada kegiatan; fashion merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tak seperti dewasa ini, yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.

Mode berasal dari bahasa Prancis, la mode, kata benda yang mengarah pada penggambaran feminin. Sementara untuk menunjukan penggambaran maskulin, adalah kata le mode. Berasal dari bahasa latin modus, yang berarti gaya (style) atau gaya hidup (lifestyle). Istilah dengan makna serupa dalam bahasa Inggris adalah dalam kata fashion. Selain sebagai cara berpakaian, termasuk didalamnya juga mengenai etika berpakaian, berprilaku, dalam satu lingkup dan waktu tertentu. Kata mode, fashion, bisa disamakan dengan misal kata vogue, trend, look, taste, fad, rage, dan craze. Meskipun pada dasarnya memiliki makna yang berbeda.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, mode didefinisikan sebagai ragam (cara, bentuk) yg terbaru pada suatu waktu tertentu (tentang pakaian, potongan rambut, corak hiasan, dan sebagainya). Mode identik dengan modernitas dalam gaya hidup urban dan modern.

Fashion is one of the most visible markers we have in contemporary society to express affiliation, lifestyle choice, and identity.

Itu hanya definisi.

Mari kita lihat diri kita sendiri. Seberapa peduli kita pada penampilan kita? Beberapa diantara kita tidak pernah ambil pusing dengan apa yang akan kita kenakan. Sebagian lainnya, begitu peduli, sangat peduli. Tapi, pasti, diam-diam, kita sempat dan pernah berfikir bahwa ketika kita hanya menggunakan kaos, jins dan keds kesayangan, ya untuk menunjukan begitulah kita apa adanya.

Nah, kan… itu sikap. Kita bagian dari mode ternyata.

Justru kadang ketika ada sebagian kecil diantara kita yang terlalu memaksakan banyak hal yang baru untuk begitu saja diterima, dipakai, tiba-tiba terlihat ada yang keliru dan salah. Nah kan, lagi, saya menghakimi. Padahal seharusnya di sini tidak boleh ada penghakiman.Tapi sayang tenaga dan pikiran kita hanya untuk terlihat mengikuti tren tanpa tahu apakah tren tersebut pas dengan kepribadian kita, atau minimal kebutuhan kita.

Aneh yah, saya nulis ginian... :) :) :)

3 comments:

  1. nah akhirnya nulis tentang fashion juga..
    dan hasilnya, beyond expectation.
    yg kayak gini ini nih yg menarik. enak dibaca dari awal hingga akhir, dan juga informatf. serta ciri blognya keliatan..

    kembali ke topik tentang fashion.
    skarang jadi lebih aware nih. ternyata memang fashion itu lebih ke ideologi di dalam diri ketimbang penampilan luar ya?? jadi bisa disimpulkan jika penampilan luar itu sebenarnya adalah refleksi dari ideologi di dalam diri sendiri.

    hmmm.. ngomong2 jd inget tulisan temenku. dia juga fashionista. tp dia pun berkomentar sama, jika fashion itu lebih ke dalam diri ketimbang penampilan luar.

    dan aku pun setuju dengan pernyataan di akhir. jika sekarang itu banyak sekali korban fashion. gak nyambung dengan dandanan luar, tp dipaksakan agar dianggap tampil modis atau up to date.

    mungkin, fenomena anak2 alay itu juga bisa karena pengaruh fashion ya.. hhe :-D

    ReplyDelete
  2. Iya, akhirnya... (ak jd buka buku, majalah dn skripsi lagi) :)

    emang gitu si, mulai dr penulis mode yg sangat modis smpai kritikus mode yg g peduli mode, semuanya selalu bilang kl msalah mode/penampilan itu harus(nya) ssuai dg kepribadian dn kebutuhan. Dn ak juga setuju.

    Ntr deh, cb kita bahas mode dr msalah kbutuhan sbgai pakaian, benda seni, produk/komoditi, dn hasil budaya... Ntr kita bs memaknai pakaian dn tampilan luar lbh luas lg. G cm ttg baju bermerek a dg harga sekian, sekian...hhhe,:D

    wah, km kok kayaknya sinis bgt sm kaum alay? Hhhaaa... Tulis ttg alay gih mas...:D

    ReplyDelete
  3. wah bagus donk.. berarti proses belajar tetep berlangsung, meski sudah gak kuliah lagi.

    nah keren tuh. tulisan tentang mode yg dipakai sebagai pakaian, benda seni, komoditas, dan hasil budaya.

    hha.. gak sinis juga kok. ya lucu aja ngeliat tingkah polah mereka. gak ngelarang juga sih, cuman gemes aja. ada2 aja gitu lho mereka itu. hhe

    ReplyDelete