Sunday, September 14, 2014

...hap!

"...like in my heart there's that hotel suite and you lived there so long. It's kind of strange now you're gone."

Fireside - AM








Pernah saya bertanya, seberapa berani kita, saya, menemui masa lalu, bicara, tertawa, dan melupakan jika pada satu waktu mungkin pernah saling menabur luka. Seberapa berani, kita, saya?

Sambil lalu menganggapnya telah hilang begitu saja. Menanggapinya dengan biasa saja. Tidak perlu dibesar-besarkan. Dan ketika sekian lama berhasil melewatinya:

Ia menjadi seperti tamu yang mengetuk pintu hanya sekali di malan hari. Penuh ragu kita berjalan sampai di depan pintu. Antara membukanya atau tetap membiarkannya terkunci. Menyambutnya atau pura-pura tak tahu dan melupakan. Terdiam, mungkin penting atau mungkin maling?

Dan masa lalu memang layaknya maling. Ia tak masuk melewati pintu yang biasa kamu lewati. Ia masuk lewat mana saja dan mendobrak apa saja. Tahu-tahu ia ada. Mengambil kenangan-kenangan dalam brangkas besi yang kuncinya telah sengaja kamu buang dari gedung berlantai sembilan puluh. Ketika kamu sadar. Kenangan-kenangan itu berserakan tak beraturan dan kau harus bekerja keras merapikannya kembali. Kerja berat dan sangat keras. Kamu sampai berkeringat. Dan tentu saja menangis. Ini yang paling melelahkan. Karena kamu harus melihatnya lagi satu per satu dan seketika kamu kembali ke sana. Menghitung tiap inci sudut ruang di mana kamu pernah tinggal, mengingat harum apa yang pernah dirasakan, menghafal tiap tulisan dan juga kata-kata yang ketika itu ada. Kamu menangis hingga tertidur kelelahan. Dan kenangan itu masih berserakan. Lalu kamu bermimpi menuju ke salah satunya. Biasanya, itu adalah kenangan yang paling ingin kamu lupakan. Biasanya pula, itu adalah kenangan yang justru tersimpan diam-diam dan dalam. Kamu tidak akan pernah bisa melupakannya. Lalu kamu bangun dan terdiam lama. Tidur yang melelahkan. Karena kamu baru saja berziarah pada masa-masa sebelum kini. Kamu terdiam lagi. Kini lebih lama. Mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Tapi kamu telah lupa. Semuanya. Kamu bangun, mandi, gosok gigi, sarapan seperlunya, memulai kegiatan rutin seperti biasanya. Di jalan kamu seperti mengingat sesuatu, sesuatu dari waktu yang telah lalu, tapi tak tahu apa itu. Kamu kembali melupakannya. Bahkan kamu juga lupa kalau semalam baru saja tidur berpeluh penuh air mata.

Masa lalu itu, bagaimu, mewujud pada dia. Yang pernah tinggal lama dan kini entah di mana. Kamu tak lagi mengingatnya, namun kadang namanya masih terucap di antara doa. Semoga dia selalu bahagia. Seperti kau yang juga berbahagia.

Dan kamu memanggil dirimu sendiri kamu.







Seberapa berani, kita, saya?
Saya menjadi lebih berani ketika saya tahu saya menjadi lebih baik setelahnya.

No comments:

Post a Comment