Monday, September 16, 2013

...dari balik selimut dan lampu tidur yang masih menyala terang, untuk bapak.


Bapak...

Bapak pasti sudah tidur. Mungkin berselimut sarung bergaris cokelat dan hijau, terlelap hangat di depan tivi. Memeluk Lulu di kursi panjang, hingga Subuh nanti datang.

Diyah selalu tahu, hampir setiap malam bapak mengecek satu per satu kamar di rumah. Membuka sedikit pintu kamar, mematikan lampu yg masih menyala terang, mengecilkan suara radio yang sengaja dibiarkan hingga esok pagi menggantikan kokok ayam, memastikan gorden tertutup rapat dan jendela terkunci benar, dan tentu saja: merapatkan selimut biar kita tidak kedinginan dan tak memberi kesempatan nyamuk makan. Meski sudah sempat terlelap, sebenarnya Diyah kadang sadar bapak datang, tapi pura-pura tidak tahu. Selimutnya malah sengaja Diyah tendang-tendang, karena pasti bapak yang akan merapatkannya lagi. Hhhi. 

Karena pasti bapak tahu benar, bapak punya anak-anak yang doyan tidur. Dan tidur merupakan bagian yang penting dalam keseharian kita. Bapak selalu mengingatkan untuk tidur cukup. Kalau malam kurang tidur, harus dibayar tidur siang. Atau kalau memang benar-benar sibuk, berati besoknya harus meluangkan waktu tambahan untuk tidur lebih banyak. Mempersiapkan tenaga lebih untuk hari esoknya lagi.

Bapak akan bilang, kalau kita tidur malam bergerak tidak karuan, itu berarti karena kita kecapekan atau karena tidak tidur siang. Gara-gara efek dibiasakan tidur siang dari kecil, sampai sekarang bahkan Diyah selalu ngantuk di sekitar jam-jam duaan. Beda ketika kuliah Bapak, dulu bisa banget pulang kapan aja dan tidur, sekarang tidak. Tapi beruntung ruangan Diyah memungkinkan untuk tidur siang, barang 10 atau 15 menit.

Dari dulu, bapak tak pernah berhenti mengingatkan untuk tidur siang dan mengecek kamar kita setiap malam. Sekarang bahkan bapak selalu memastikan Lulu ke kamar mandi tiap tengah malam, biar dia tak ngompol terus. Kadang Diyah mengira, apakah itu adalah ganti karena bapak tak pernah bersama kami sepanjang hari. Mungkin tidak, Bapak?

Diyah sering terbangun tengah malam, Bapak. Kadang, saking capeknya, Diyah tertidur masih dengan seragam dan tanpa cuci muka. Kalau bapak tahu pasti bapak akan berulang kali membangunkan. Kalau sudah terbangun, malamnya susah tidur sampai pagi. Diyah nonton film. Salah satu hal yang tidak bapak suka, jika dulu kita nonton film di tivi sampai pagi. Karena bapak hafal benar, kami sulit bangun pagi. Diyah, Japra, dan bahkan Lulu selalu langganan telat masuk kelas. Maaf ya, Bapak.

Sampai sekarang, Diyah masih menendang apa saja yang bisa ditendang ketika tidur. Berantakan. Untungnya kost sekarang dipannya kecil. Jadi tidak terlalu kacau-kacau amat. Walaupun kadang rasanya terlalu sempit, terus Diyah akhirnya tidur di lantai. Dan besoknya masuk angin, hha. Kadang lampu baca, pemutar musik, kipas angin, juga laptop masih menyala hingga pagi. Diyah juga sering lupa mengunci pintu, dan harus diingatkan teman kost berulang kali. Tidak ada bapak yang mematikan benda-benca penyedot daya listrik itu, tapi biarin lah, si ibu kost galak juga. Tapi entah kenapa malam ini Diyah ingat semuanya...

Karena, kalau selama ini yang ada dalam kepala Diyah adalah: bapak itu orang galak dan butuh keberanian ekstra untuk sekedar berbicara tentang sesuatu...atau bahkan untuk ngobrol santai pun butuh persiapan tambahan. Malam ini rasanya Diyah mengingat Bapak sebagai orang yang selalu memastikan lampu mati, dan kita semua tidur dalam gelap yang tenang.

Kapan terakhir kita ngobrol si Bapak? Oia, Lebaran kemarin. Tentang tiket bus yang super mahal dan kenapa aku lebih senang PO yang baru beroperasi daripada PO bus andalan bapak kalau ke Jakarta. Iya sih, lebih cepat sampai PO bus bapak, tapi nggak nyaman. Dan lebih mahal PO bus Diyah, sampai Jakarta agak kesiangan dikit, tapi super nyaman. Lagian PO bus bapak harus rebutan tiket bgt kalau mau turun di Lebak Bulus, mana pernah eksekutifnya tiba-tiba diganti dengan bus biasa. Sejak itu diyah nggak mau pake PO bus itu lagi. Lalu bapak becanda, ya nggak papa ding mbak, kan sudah punya duit sendiri kan ya sekarang. Hmmm...sial bapak.

Dan tetep, bapak itu galak.

Tapi tadi, pas Diyah bersiap tidur. Sedikit merapikan kamar, memakai kaus kaki, dan mau mematikan lampu tidur, Diyah seketika ingat Bapak. Bapak yang selalu memastikan kita tidur nyenyak, hangat, dan tak terbangun karena gigitan nyamuk.

Bagaimana kalau nanti tak lagi ada bapak yang mematikan lampu dan memastikan selimut terpasang rapat?

Mungkin bapak semakin menua, dan itu pasti, dan bapak sudah terlalu lelah untuk bangun lebih malam demi memastikan lampu tidur kami benar-benar gelap padam. Mungkin kami tak lagi di rumah dan memang lampu kamar kami tak pernah menyala di malam hari. Dan mungkin juga, bisa jadi, nanti bapak tak lagi berani membuka kamar kami, bukan karena tak mau, tapi mungkin bapak tak lagi perlu mematikan lampu kamar kami lagi, karena bapak kira tidak perlu, tapi mungkin bisa jadi itu tetap perlu. 

Bapak, kenapa waktu begitu cepat berlalu yah, Bapak?

Rasanya baru kemarin Bapak menegur Diyah, agar tidak tidur meringkuk karena nanti kalau besar badan jadi bungkuk. Bapak, sekarang Diyah sudah besar dan benar diyah agak sedikit membungkuk. Dan masih bisa tidur meringkuk di kursi kecil, lho ;)

Bapak jangan cepat tua ya...bapak boleh tetap galak. Boleh. Bapak boleh masih membentak Diyah, yang Diyah balas bentak, yang bapak balas lagi, lalu Diyah banting pintu masuk kamar, demi boleh pacaran. Hhha. Tapi itu kayaknya nggak mungkin terjadi lagi si... 

Bapak masih boleh membentak Diyah pak. Masih. Makanya, bapak harus sehat terus Pak...dan mulai lebih rajin bersepeda pak. Mengingatkan kami untuk jangan terlalu banyak makan micin dan jajan di luar, mending masak tengah malam tapi sehat, kata bapak. Bapak yang sehat. Bapak yang sehat... Selamat ulang tahun Bapak. 

Semoga bapak tidur nyenyak malam ini. Tanpa mimpi apapun, karena semoga mimpi-mimpi bapak sudah berkurang satu per satu, dan malam ini bapak tenang tak menginginkan apa pun. Tidur bapak lelap sampai pagi, tak ada satu pun nyamuk berani hinggap karena toh darah bapak tak enak, tak ada gulanya. Semoga yah bapak. Amin.

Diyah sudah bisa mematikan lampu sendiri kok, Bapak. Seperti diyah juga pasti bisa jaga diri sendiri, seperti pesan bapak berkali-kali. Cuma memang masih suka lupa dan agak ceroboh. Tapi pasti bisa...:)

Selamat malam, Bapak.


2 comments:

  1. tulisan yg ini sukses bikin aku mbrabak diyahh, jadi inget papa dengan segala kebiasaan2 yang hampir sama ketika beliau masih ada.
    Salam ya buat Bapak kamu,Semoga selalu seger kewarasan.
    gara2 twit kamu barusan jd iseng stalking blog mu , hehe :D

    ReplyDelete
  2. ahahhaaa.. mbak Rikaaaa.. begitulah bapak2... hhhi.

    stalking aja mbak, stalkingin aku mbak... stalkingin akuuuuh... :D

    ReplyDelete