Wednesday, January 18, 2012

...hasil 'forum nista' #telaaattt


Akhirnya, saya sedikit setuju. Umur, usia, banyak berpengaruh terhadap keinginan kita. Terutamanya, bagi perempuan. Contoh sederhana, tentang membina satu hubungan dan, ehm, menikah. Walaupun ini nggak mutlak, tapi obrolan yang disebut “forum nista” bareng enam teman saya semalem, sedikit banyak, menjawab hal tersebut.

Bagi para lelaki, dan saya curiga juga bagi banyak para lelaki di luar sana juga: urusan menikah, urusan menjalin relationship, itu adalah urusan yang cukup besar dan harus bertanggunjawab. Satu teman saya bilang, “Sekarang kita belum punya apa-apa, lah relationship itu tujuannya apa sih? Pengennya menikah kan, nah, kalau kita belum siap dengan itu semua, terus apa loh? Terus mau ngapain?” Kurang lebih seperti itu. Satunya lagi menambahkan, katanya, meski gitu, bukan berarti kita tidak ‘mendoakan’. Karena pada dasarnya kita harus menilai ‘seseorang’ itu. Dan intinya, kita harus sadar, bahwa yang luaran itu jangan dijadikan patokan. Apa sih, orang cantik itu lima atau sepuluh tahun lagi apakah masih cantik? Kalau kecelakaan? Jadi harus bisa meyakinkan diri kita untuk bisa bersama orang lain dalam waktu lama, seumur hidup, dan itu harus melewati jalan “keyakinan” yang panjang. E, busetttttt…

Satu lagi menambahkan, katanya, tetep ada baiknya kita mengenal orang lain. Belajar mengenal. Iya, ini emang sulit dan sepertinya emang memakan waktu panjang, laki-laki mengerti perempuan, perempuan mengerti laki-laki. Kita mengerti pasangan kita, pasangan kita mengerti kita. Maka nggak heran, ketika satu pasangan pacaran yang mungkin kelihatan “perfect”, akhirnya berpisah, nyatanya, ini semua bukan tentang seberapa kita bisa menjadi pasangan sempurna, banyak hal lain yang dipikirkan. Mungkin itu juga pulalah, kenapa ada satu pasangan pacaran empat tahun juga tetap punya masalah tentang pertanyaan itu, ketika jawabannya hanya gamang dan gamang, tentu berpisah itu yang paling baik. Apalagi buat pasangan yang baru beberapa bulan, dan sadar bahwa banyak hal yang emang nggak bisa diterusin karena berbagai hal yang kelihatannya bakal sulit, ya emang sebelum terlalu banyak hal yang lebih menyakitkan, juga harus diakhiri. Yah, mungkin kita emang bukan pejuang cinta atau apalah istilahnya, tapi, ya emang banyak hal yang harus dipikirkan. Dan, semuanya pasti setuju, bahwa, kita hidup bukan cuma buat ngurus hal itu. seenggaknya, bukan sekarang mikirinnya. Kita punya passion buat hidup kita sendiri, dan, orang lain juga.

Lalu, kenapa tadi saya bilang perempuan dan usia. Adalah ketika teman saya bilang, “Aku justru mau, kalau dua tahun dari sekarang aku udah punya gambarang jelas tentang menikah.” Kata dia, lanjutnya, usia dia sekarang udah 23, sebentar lagi dia lulus, dia sudah semacam bekerja di konsultan PR, dan dia punya target di usia berapa dia harus menikah. Makanya dia mencari sosok seseorang yang, dalam bahasa #kode, itu “udah mapan”.

Dan saya, saya nggak mikir itu sama sekali, yang ada di pikiran saya, “Hei, saya baru 21, saya baru mau lulus, saya masih pengen ngejar passion saya gimana caranya, saya masih pengen belajar lagi, karena saya anak pertama, saya semacem ngopeni keluarga saya dulu (walaupun ini entahlah banget)”. Tiba-tiba kata menikah itu penuh tanda tanya. Walaupun pastinya saya juga punya semacam limit, saya pengen menikah di usia berapa, tapi itu masih lama banget ternyata. Atau menjadi sedikit menakutkan, dan pada akhirnya menolak lamaran orang yang “udah mapan”, itu yang terjadi sama teman saya satunya. Walaupun dia bukan anak umur 21 lagi, tapi dia juga masih pengen mengejar banyak hal lain, dan menikah itu, ehhhmmmm.

Nah, itu dia.

Saya nggak tahu yah, apa dua tahun dari sekarang saya akan punya pikiran sama kayak dia. Karena kadang banyak hal itu datengnya kayak “surprise”. Ketika saya masih mempertanyakan “Apa gunanya pacaran?” dan saya sok-sokan nggak mau pacaran, e, tiba-tiba saya memutuskan untuk mau jadi pacar orang. Dan, ketika saya mulai belajar, o, jadi, ketika kita pacaran itu, kita ini, kita itu. Dan, saya tahu, kadang ada hal yang bikin saya yakin, iya, saya bisa. Tapi lebih sering banyak hal yang bikin saya ragu, yaitu, kalau ngomongin yang ke depannya itu. Kita pacaran mau ngapain sih? Dia pengen apa sih dalam hidup dia? Saya pengen apa sih dalam hidup saya? Terus, yang kita lakuin sekarang apa sih? Yang harus kita lakuin buat “kita” apa sih? Terus saya sampai di jawaban, bahwa, buat sampai di tujuan itu, dalam beberapa hal, kalau dipertahankan, akan sedikit sulit. Mungkin saya memberatkan banyak langkah dia, dan sebaliknya. Terus, apa gunanya kalau ujungnya cuma jadi memberatkan? Nah, itulah kenapa ada orang putus.

Atau, marilah kita bilang, dalam kasus saya dan teman saya yang berpisah setelah bareng empat tahun, kita nggak survive. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kita mau survive-pun, ujungnya dicurigai bakal sama, karena keadaan kita masih sama, nggak ada perubahan signifikan. Daripada memendam masalah bertahun-tahun, atau ketika memutuskan semuanya lebih cepat biar nggak bikin masalah yang lebih berat. Atau, kalau mau pasrah, ngikut omongan ibu-ibu kita, mungkin dia emang bukan jodoh kita.

Nah, kata jodoh. Kata JODOH, ini, akhirnya kembali ke pertanyaan, “Kita itu, mau ngapain sih?”. Dan ketika orang-orang banyak ngomongin masalah jodoh dan nggak jodoh, jadi sepertinya jawabannya adalah masalah menikah. E, tapi, e tapi, terus, apa orang yang bakal menikah sama kita itu jodoh kita??????

Sepertinya omongan teman kita yang paling bijak di antara kita ada benarnya, bahwa, ya, kita harus mendoakan dan mencari jawabannya sendiri. Dengan, dengan, dengan, ya belajar mengerti diri kita sendiri dan mengerti orang lain. Itu jawabannya.

Terus, kalau masalah sayang dan nggak sayang?

Eaaah. Udah ah, kalau diterusin mungkin semalam banyak yang nangis.

Gini, kata teman saya yang semalam cukup stabil, padahal biasanya dia labil: cah, umur-umur awake dewek ki, lagi proses (saya kok malah ingetnya kata degradasi? Saya lupa istilahnya, argh)…. dadi wajar lak koe bakal okeh berubah pikiran lan kekarepan… kui proses kok cah.
Pokoknya, kata dia, umur-umur setelah 21, di situ lagi ada semacam proses pencarian. E, buset dah. Tapi ya emang bener sih. Apalagi buat para perempuan-perempuan semalam. Eah. Dan kayaknya saya juga mikirin ini…

No comments:

Post a Comment