Iya, saya suka loh baca-baca puisi atau sajak gitu… Walaupun rada aneh waktu ada orang yang dengan sengaja kasih puisi buat saya. Apa yah, kayaknya kok “nggak gue banget” gitu…
Dalam bayangan saya, seorang perempuan yang layak dijadiin inspirasi sampai jadi satu puisi atau satu cerita atau satu lagu atau satu gambar, itu yang kayak: ibarat artis mungkin kayak peran-perannya Naysila Mirdad gitu kali yah… Yang senyumnya hangat, keibuan, terus matanya berkaca-kaca gitu, plus ridho dijahatin saudara atau ibu tirinya. Hhhaaa. Jadi kalau boleh minta, saya nggak mau ah, jadi tokoh-tokoh cerita gitu. Aneh tau baca atau lihatnya… Eh, tapi ya apa deh yah, nggak ada kali yang mau bikinin saya gitu-gituan…
Saya suka banget, “Spasi”-nya Dewi Lestari. Nggak tahu, simpel aja…
Dan ini, satu puisinya Goenawan Mohamad, “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi”. Seinget saya, kalimat “bersiap kecewa bersedih tanpa kata-kata” ini pernah jadi judul cerpen, tapi saya lupa cerpen siapa… Mardi Luhung kalau nggak salah… ah, lupa ding.
Eh, barusan, teman saya posting link musikalisasinya. Kebetulan kita sama-sama suka puisi ini dan pernah membahasnya sepanjang perjalanan bersepeda motor Boyolali-Solo, karena emang dia suka lebai, kalau naik motor suka tiba-tiba baca puisi… Bagus loh musikalisasinya (tapi, sekali lagi, saya nggak tahu caranya nge-link… ya ampun… L L)
Saya jadi keinget kapan kali saya pakai bait terakhir puisi ini, waktu buat catatan untuk teman saya. Terus tadi saya baca lagi. Iya yah, iya yah, iya yaaah…
Ada masa dimana kita ingin membuat semuanya menjadi sesuatu yang membahagiakan, padahal, kita tahu, akan ada banyak hal untuk menjadikan itu cuma sampai di angan-angan kita.
Aih. Gitu deh pokoknya mah.
Kayak semacem, nunggu seorang dosen pembimbing dari pulang liburan dan selesai dari bermacam kesibukan, sementara kitanya di sini cuma diem nggak ngapa-ngapain, tiga minggu, nunggu, sambil ngebayangin saya bisa segera bermacam surat-surat yang ribet itu. Intinya, tapi, itu kapan saya akan dapet kata “revisi” atau “acc”?????????
Enggak, ini cuma akal-akalan saya yang tidak stabil dan disambung-sambungin. Baca puisi ini dan merenung sebentar. Saya post di sini juga yah…
Di Berada Ini Angin Tak Kedengaran Lagi
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat
Di luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu: sepi kita semula
bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang esok mungkin tak ada
1966
No comments:
Post a Comment