Wednesday, March 13, 2013

...morning boosters #1

Mario, ia tak melanjutkan sekolah menengahnya. Bapaknya menamainya Mario juga bukan karena senang yang ke-eropa-eropaan. Lengkapnya Mario Sumaryono. Bapaknya Jawa, ibunya Sunda. Namanya khas Jawa, diulang ala orang Sunda. Setiap hari Mario membantu bapaknya mengurusi peternakan bebeknya. Mereka memproduksi telur asin. Iya, telur asin khas Brebes yang tersohor ke seluruh penjuru negeri itu. Daripada sekolah tapi malah keseringan nongkrong di alun-alun, Mario berkomitmen untuk membantu orangtuanya saja. Pagi memberi makan bebek-bebeknya, menggiring ratusan bebeknya ke pekarangan luas berpagar di samping kandang, membersihkan kandang dan mengambil ratusan telur siap olah, membawanya ke tempat pengasinan, dan lalu membawa telur yang sudah diasinkan beberapa hari itu ke pemasok-pemasok yang akan membawa sebagian besar telurnya ke Jakarta. Orang Jakarta suka telur asin, katanya. Praktis soalnya, tinggal belah, sebutir telur kaya nutrisi nan gurih siap dilahap bersama nasi hangat berkecap. Pulang dari pemasok, Mario menggiring kembali ratusan bebeknya ke kandang. Setelah Ashar ia akan menata bak minuman bervitamin bagi bebek-bebeknya. Bebek juga perlu vitamin, agar rajin bertelur. Menjelang Maghrib, Mario bersiap ke langgar dekat rumahnya, mengajari anak-anak kecil mengeja alif ba ta tsa jim. Lalu sholat bersama diimami Haji Martoyo. Besok Mario harus bangun sangat pagi, jam delapanan Mario sudah bersantai di depan tivi, menonton berita, film hollywood ber-dubbing, atau ngikut ibunya melihat sinetron apa saja yang ada. Jam sembilanan Mario sudah terlelap. Ia harus bangun sangat pagi dan melakukan tugas berarti setiap pagi, setiap hari. Jam 4 pagi, wajah Mario sudah segar. Dadanya berdebar kencang. Mario melangkah ke luar rumah. Mario mempersiapkan semuanya. Mengumandangkan adzan Subuh selalu menjadi tak biasa, meski Mario telah melakukannya bertahun-tahun ini. Inilah kenapa ia tak mau meninggalkan kampungnya. Ketika tak lagi ada anak muda di sana dan Pak Kayim Sarmadi sudah terlalu tua untuk menarik suaranya dan membangunkan warga. Mario selalu terharu untuk melakukannya tiap pagi. Ia senang. Ia bahagia. Ia tak lagi dibangunkan ibunya. Ia membangunkan satu kampungnya. Dan mungkin, juga ribuan bebek-bebek di sana.

No comments:

Post a Comment