Untuk Lulu…
seandainya Lulu punya jejaring sosial, saya akan memberinya ini. tapi dia tidak punya. |
Pertama,
maaf Lulu, mbak bohong. Mbak tidak jadi pulang, padahal pasti kamu menunggu. Tapi
mbak juga tidak tahu, mungkin akhir pekan ini pulang, semoga. Jadi nanti kita
bisa membeli es krim bersama. Atau menulis cerita bersama lagi.
Kedua, maaf
lagi Lulu, kalau yang ini bukan bohong. Tapi memang belum sempat, atau
tepatnya, belum dapat. Buku yang kujanjikan itu, aku belum bisa menemukannya
lagi. Terkahir aku tahu itu di toko buku di Solo. Harusnya tahun kemarin yah,
tapi memang harga satu box set buku cerita anak-anak yang dulu kugemari sekali
itu sekarang lumayan mahal Lu, dulu mbak sangat-sangat sayang menggunakan
tabungan yang tak seberapa itu, karena dulu mbak sudah lulus dan masih nggak
jelas nglakuin apa dan, yah begitulah, em, tetep sekarang juga harus nabung sih.
Satu box set itu sama dengan lima buku Pram je, mbak saja masih mencicil satu
per satu buku legenda itu. Dan terlebih, aku belum menemukannya di sini,
mungkin aku harus ke toko buku yang agak lebih besar dan ramai lagi.
Ketiga, ini
bukan lagi permintaan maaf. Ini adalah permintaan terimakasih.
Seperti biasa
Lu, mbak selalu sangat-sangat bahagia kalau lihat kamu. Halah. Tidak, tapi ini
serius. Mungkin lima atau sepuluh tahun lagi baru kamu akan mengerti dan paham
dengan semua yang akan mbak tulis di sini. Atau mungkin tahu dari orang yang
tak sengaja membacanya di sini. Tapi besok kalau mbak pulang, akan mbak coba
kasih kamu tulisan ini dan kamu membacanya sendiri. Kalau kamu mampu.
Jadi Lu,
mbak seperti mengamat-amati bagaimana mbak tumbuh. Dalam banyak hal, kita
dibesarkan dengan cara yang sama. Dari hal-hal besar macam belajar membaca
sampai masalah mandi sendiri. Juga, kebiasaan-kebiasaan macam, ke arisan
keluarga atau harus berkrudung jika bersekolah atau pergi-pergi. Kadang mbak
berharap kamu tak akan pernah melepasnya, seperti dulu mbak juga berharap tak
akan melepasnya. Kadang mbak kira, mbak punya alasan yang cukup politis tentang
berkrudung ini, tapi sepertinya yang ada sebenarnya hanya alasan yang begitu
egois. Tapi toh semuanya proses. Mungkin kamu juga akan mengalaminya nanti,
mempertanyakannya sendiri, dan semoga tetap yang terbaik buat kamu, selamanya.
Dan kita, aku, masmu, dan kamu, dibesarkan dengan begitu baiknya.
Kamu tahu,
satu hari nanti kamu akan merasa sangat-sangat-sangat bersyukur pernah belajar
tentang banyak hal di keluarga sederhana kita. Meski mungkin, untuk melaluinya
agak sedikit membosankan. Apalagi tuntutan harus khatam Al-Quran atau hafal
suratan-suratan. Tapi suatu saat nanti kamu akan sadar itu sangat-sangat-sangat
penting dalam satu waktu di masa depan. Juga hal-hal lainnya, seperti tentang
hadiah-hadiah ketika rangking satu, padahal sekarang tak ada lagi sistem
rangking.
Kedua orang
tua kita itu adalah orang yang sangat sederhana. Ya, karena memang tak kaya,
tapi juga karena pemikiran mereka sederhana. Nanti kamu akan sadar, akan ada
begitu banyak keputusan yang terasa tak adil, tapi sesungguhnya benar adanya. Itu
yang mbak rasakan kini, juga mungkin masmu rasakan, ya, kita beberapa kali
berbincang tentang ini cukup serius. Makanya, mbak dan mas tak pernah memaksamu
melakukan sesuatu. Kami ingin selalu bertanya apa yang kau mau, dan jika itu
bagus, kami akan mendukungnya. Seperti, masmu akan memberikan handphone penuh
game jika kamu rangking satu. Dan mbak akan memberikan laptop ini (yang sedang
mbak pakai) kalau kamu SMP nanti. Itu perjanjian kita dulu, benar? (Dan, saat
itu, pasti laptop ini sudah sangat tidak keren sekali). Termasuk ketika kamu
mulai menyenangi buku-buku, ketika kuceritakan bahwa mungkin kita bisa punya
perpustakaan kecil penuh buku anak-anak, lima atau sepuluh, atau duapuluh tahun
lagi. Dan anak-anak akan meminjamnya, dan rumah akan ramai. Termasuk kamu nanti
kalau sudah besar, kalaulah kesampaian, akan mengajari murid-muridmu dengan
dongeng-dongeng lucu ataupun menegangkan. Diam-diam aku lega, ketika kamu
bilang ingin menjadi Guru TK. Hhhaa… karen itu berarti kamu akan tinggal di
rumah, menemani Bapak dan Mama yang, yang pasti akan kian menua. Itu berarti
tidak apa mbak tetap tinggal di Jakarta, atau di mana saja. Ah, tapi, di
manapun nanti kamu ingin tinggal atau melakukan sesuatu, itu terserah kamu,
asal itu baik buat kamu. Baik berarti kamu baik-baik saja, dan kamu bahagia. Mbak
pun ragu akan selamanya betah di sini, asal kamu tahu.
Oia, ini
juga, mbak senang kamu belajar menulis. Tulisanmu bagus. Mbak pasti belum bisa
menulis sebaik kamu menulis tentang petualangan Hugo dan Isabel dalam film “Hugo”
karya Scorsese itu. Dan, untuk menjadi apapun, mbak selalu mendukungmu. Dan mendoakanmu.
Oia, satu
hal lagi yang sama. Kita sama-sama berkulit gelap, begitu kurus, bergigi gupis,
dan berambut tipis. Hhha. Tak apa, tenang, kita tak begitu jelek sehingga akan
menganggap tuhan tak adil. Pun kita dalam kategori jelek, bukan berarti tuhan
tak adil. Ada banyak hal dalam diri kita yang pasti mampu kita berdayakan agar
membuat diri kita tetap merasa kalau tuhan itu adil. Hanya saja, ini, nanti,
kalau gigi susumu sudah copot semua, mungkin sebaiknya kamu berhenti mengemut
makanan terlalu lama dan lupa gosok gigi sebelum tidur. Satu hal yang paling
mbak benci adalah ketika sakit gigi. Dan itu bisa jadi adalah bawaan dari gigi
mbak yang rusak dari kecil. Kalau kamu sakit gigi, semuanya akan menjadi sakit
dan kepala akan terasa begitu pening. Dan gosipnya, gigi juga terhubung dengan
banyak syaraf termasuk leher dan punggung. Kalau sakit gigi mbak agak mereasa
leher dan pundak berat sebelah dan pegal sekali. Semoga kamu tidak
mengalaminya. Karena, sayangnya, mbak dan mas mengalaminya. Tapi gigi masmu
lebih mendingan, cuma besar-besar. Lagipula, pernah satu kali kamu bilang ingin
jadi dokter gigi. Pokoknya, segala cita-citamu akan mbak amini.
Dan apapun
yang terjadi, meski mungkin nanti kamu akan mengalami kegagalan dan berbuat
kebodohan (tapi semoga tidak, meski akan ada waktunya kamu harus mengalami itu,
sepertinya), ingat mbak sudah janji akan menjagamu dan mendukungmu. Ya mungkin
akan marah-marah juga sih, tapi semoga itu semua demi kebaikanmu. Mbak tahu
kamu kuat, sangat kuat.
Kita beruntung,
kita terlahir untuk kuat.
Mbak tahu
itu, karena hari ini genap kamu berusia delapan tahun. Di usia yang sama, mbak
tak setangguh kamu. Dulu mbak frustasi karena rangking banyak dan tak bisa
sebangku dengan anak-anak populer di kelas. Tapi kamu selalu cerita kalau kamu
merasa baik-baik saja bersama teman-temanmu, meski ada beberapa yang nakal dan
suka bohong padamu. Tapi kamu tetap riang menyebut nama mereka. For God sake,
itu karena kamu masih kecil atau bagaimana? Tidakkah kamu membencinya? Dan sejak
saat itu, mbak mencoba belajar seperti anak-anak, seperti kamu. Untuk tidak
terlalu memikirkan banyak hal yang tak perlu dipikirkan. Untuk tidak menyimpan
dendam pada orang-orang yang menyebalkan. Untuk tetap selalu tertawa meski kita
tahu itu menyakitkan. Dan, ajaran yang juga sepertinya Mama turunkan ke kamu,
ke kita bertiga, untuk mampu menyimpan air mata dan mengeluarkannya di saat dan
tempat yang tepat.
Pasti ini
akan menjadi panjang. Dan lalu terlalu mengekspos keburukan atau kebaikan-kebaikan
yang mungkin meng-ada-ada dari keluarga kita. Karena ini blog pasti ada yang
baca barang satu dua orang. Sebelum itu terjadi, mbak akan mengakhirnya. Tapi,
sebaiknya semua orang memang harus tahu, kalau mbak bahagia sekali bisa bersama
kamu. Mbak seperti memiliki cermin hidup dengan pantulan yang lebih indah di
dalamnya. Seperti penyihir tua dan buruk rupa yang melihat putri cantik rupawan
dalam kacanya. Tapi penyihir tua itu tak akan menyingkirkan sang putri. Karena
ia tahu, jika pantulannya hilang, akan ada satu sumber kebahagiannya yang juga
hilang. Bukan berarti kamu terbebani untuk selalu membahagiakan mbak, atau
semua orang di sekitar kamu. Karena pantulan yang mbak lihat itu adalah
hidupmu. Milikmu yang jalannya akan kau tentukan sendiri.
Terakhir,
selamat ulangtahun Lulu.
Semoga tuhan
terus menemanimu. Di tiap hari-harimu. Di tiap mimpi-mimpi, harapan, juga
tangismu. Banyak doa, untuk kamu.
kami naik becak bersama-sama untuk makan batagor ke alun-alun awal bulan lalu, sayang sementara masnya tak bisa berfoto bersama. see, giginya gupis kan? |
_________________________________________________
“And I and I and I alone want you to know And
I and I and I alone
And I and I and I alone want you to know
And I and I and I alone
Your days in one
This day undone”
(Santa
Fe – Beirut)
_____
*tak sengaja terdengar, tapi
indah dan terasa begitu pas nian
No comments:
Post a Comment