Kota ini di
akhir pekan panjang adalah surga bagi mereka yang sehari sebelumnya merutuki
jalanan sempit yang harus memaksa kendaraan roda empat bermain ular-ularan. Membuat
garis panjang mengikuti kelokan jalannya.
Tapi mungkin,
bukan surga bagi seorang supir taksi. Mungkin.
Terlebih bagi
orang yang belum begitu mengenal garis-garis jalan yang saling berhubungan satu
sama lain. Kita akan diajaknya memutari kota itu sampai kita tak bisa berkata
apa pun. Kontemplasi panjang yang tak enak untuk diutarakan.
Ah,
sudahlah.
Mungkin saya
tidak akan naik taksi dulu seminggu ini.
Biar bagaimanapun,
akan selalu ada trauma dan kesan mendalam akan sebuah kekecewaan. Sekaligus pelajaran,
kalau mau mengambil hal positifnya. Ah tapi, jalanan di sini benar-benar
seperti benang kusut saling bertaut. Neraka bagi mereka yang diburu waktu tapi
diajak keliling kota oleh sang supir taksi.
Blue Bird
Taxi didn’t come to rescue me.
No comments:
Post a Comment