Saya
punya pertanyaan hampir sama ketika berhenti di lampu merah, ketika diam di
dalam bus atau kereta saat bepergian: ke mana orang-orang ini pergi? Kenapa
mereka pergi? Apa yang akan mereka lakukan di tempat tujuan mereka? Maka,
kemudian, yang terjadi adalah sebuah percakapan pendek tentang, turun di mana?
Dari mana dan mau ke mana? Lalu kegiatan atau pekerjaan apa yang akan di
lakukan?
Akhirnya
saya tahu, setiap orang punya tujuan. Atau, setidaknya, setiap orang punya
alasan. Pun ketika seseorang menjawab, “Saya mengikuti ke mana kaki saya
melangkah,” setidaknya pada akhirnya dia memiliki tujuan, dan dia punya alasan
kenapa dia menghentikan kakinya di satu tempat.
Tujuan.
Dan
alasan.
Tujuan
berbeda, membutuhkan proses berbeda. Proses yang berbeda memberikan hasil yang
berbeda pula. Semua orang tahu itu. Ada pilihan bus yang berbeda untuk menuju
rumah saya di Banjarnegara atau menuju Jakarta dari Solo. Ketika menuju
Jakarta, kita bisa memilih kereta api, bus, atau pesawat terbang?
Mungkin
saya bisa menumpang bus tujuan Jakarta sampai Jogja atau Bawen, lalu saya
memilih bus arah Banjarnegara. Mungkin saya bisa memilih pulang ke Banjarnegara
lewat Magelang, lalu naik bus menuju Jakarta dari rumah saya.
Ehm,
ketika saya tidak punya banyak uang saku, tentu saya akan memilih Senja
Bengawan untuk menuju Jakarta, toh sekarang kereta ekonomi tak begitu
mengerikan (katanya). Atau jika ingin lebih cepat dengan perbandingan harga tak
seberapa, bisa memilih Argo dan jika bukan long-weekend dan masih punya cukup waktu,
sepertinya lebih efisien memilih tiket promo Lion Air. Atau jika mau pelayanan
cukup nyaman, terjangkau, dan lebih menikmati perjalanan memilih Senja Utama
atau Rosalia Indah. Kurang dari sehari, saya sudah meninggalkan Solo, dan
berada di Jakarta.
Apakah
saya akan berbicara mengenai pilihan alat transportasi menuju Jakarta dari
Solo? Saya bukan ahlinya. Saya bukan orang yang sering melakukan perjalanan.
Saya
sedang terpesona dengan gambarang tentang tujuan, proses menuju tujuan, kenapa
memilih proses itu, dan hasil akhirnya. Kenapa? Sepertinya saya baru tahu,
bahwa saya bisa belajar pada beberapa hal yang tidak saya sadari sebelumnya.
Melihat kenapa seseorang harus mengisi bensin dan mengendarai sepeda motornya.
Mengerti kenapa masinis harus mematuhi segala kode dan aturan kecepatan kereta
agar tidak ada kereta terlambat, sehingga tidak perlu ada jadwal yang
tersendat. Meskipun agak kurang setuju dengan gaya supir Sumber Kencono (atau
Sumber Selamat) agak lebih kencang memacu gas di jalanan Klaten yang lempeng
kayak muka saya kalau bosen.
Anyway,
sebenarnya satu minggu ini saya agak sedikit kebingungan. Tentang kenapa saya
menulis sesuatu, yang ketika saya menyelesaikannya, saya merasa itu adalah hal
yang buruk, lalu saya menghapus semuanya, membuat ulang strukturnya, meyakinkan
diri dengan konsep dan bahan yang ada. Dan masih saja geram sendiri, sambil
bertanya, “Ini saya nulis apaan sih?”. Karena agak kesal, maka saya memutuskan
untuk menonton ulang Gossip Girl yang ada di laptop saya. Dan, selamat buat
saya, yang berhasil menyelesaikan dua season awal berisi sekitar tiga puluh
episode.
Jadi,
gini, nggak cuma milih kendaraan loh ternyata, kita harus mengingat tentang
tujuan. Tapi dalam beberapa hal lainnya. Termasuk menulis.
*yah,
anyway, ini saya sebenernya nulis apaan sih?
hahaha...
ReplyDeleteawalnya tentang tujuan, tapi akhirnya tentang kebingungan 'tulisan apa'..
tp memang, jika ngomongin filosofis tujuan itu gak bakal ada habis2nya..
iya, bakal nggak ada habisnya... :)))
ReplyDeleteoh, kenapa ttg tulisan, karena ternyata, tiap tulisan itu juga tergantung tujuan. nah, makanya, dari hal kecil kayak tentang kesulitan menulis, pada akhirnya kembali pada "apa tujuan awal dari tulisan yang akan kita tulis..."
kurang lebih gitu... :)