Banyak di antara kita pasti
pernah memiliki satu ikatan erat dengan beberapa orang di satu waktu, lalu
perlahan-lahan, satu demi satu berpencar: menemukan jalannya masing-masing.
Begitupun saya, dan beberapa
kawan dan sahabat di LPM Kentingan UNS. Enam tahun lalu, kami bertemu karena
satu niat yang sama: menemukan ruang belajar. Belajar jurnalistik; menulis;
desain; memotret; dan mungkin kepemimpinan, mungkin.
Akhirnya, pada satu waktu pula,
kami keluar kelas dan memilih apa saja yang kami sukai. Seperti siswa SD
menyerbu puluhan penjual mainan dan jajanan di istirahat pertama. Kami berlari
dan menuju masing-masing yang kita ingini dengan bekal yang kita miliki. Apa
saja yang kami sukai. Jikalah gambaran ideal mahasiswa yang aktif di lembaga
pers nantinya pasti akan menjadi jurnalis, tidak semua di antara kami menjadi
jurnalis.
Tapi tak apalah yah, toh jadi
jurnalis tesnya susah dan menjalaninya juga penuh tanggungjawab, dan kadang
tidak semua di antara kita lolos menjadi jurnalis. Untungnya, kami tak kehilangan
kebersamaan itu. Meski mungkin ada beberapa di antara kami yang agak malu atau
tidak mau, ketika disebut sebagai alumni Kentingan. Hhi. :D
Banyaknya masa-masa yang kami lalui
bersama, membuat ikatan di antara kami semakin menguat. Dan ikatan itu, hebatnya,
enggan menipis. Justru menemukan caranya sendiri untuk mempertebal diri dan
terus mempertemukan kami. Dengan berbagai cara, melalui berbagai rupa. Sebagian
ngopi-ngopi bersama; sebagian lainnya nongkrong di sevel; sebagian lainnya
tergabung dalam grup chat dan tanya-tanya apakah ada yang punya video porno
terbaru; sebagian lainnya makin dekat dengan saling menjalin cinta (ihiks!);
dan juga masih ada sebagian lainnya yang rutin berkunjung ke sekre, bertemu
adik-adik atau sekedar haha-hihi.
Lalu, apakah cuma mau begitu?
Anehnya, banyak di antara kami
hijrah dari Solo yang nyaman, super nyaman, menuju Jakarta, yang super seru.
Iya, seru. Karena butuh effort lebih untuk menikmati rasanya hidup di ibu kota.
Bosan rasanya jika harus terus bertemu di tempat makan atau ngopi dengan
berbagai konsep cozy di antara beton-beton tinggi itu. Belum lagi lebarnya
jarak di antara kami dan sempitnya waktu yang kami miliki. Berkumpul menjadi
terasa begitu mahal. Dan ketika itu terlampau sering terjadi, dengan obrolan yang
sama dan berulang-ulang: kami takut lama-lama pertemuan-pertemuan itu akan
kehilangan makna.
Agung, kawan kami yang selalu
rajin menggoda adik-adik baru yang cantik, di usianya yang kini kian dewasa,
rupanya semakin bijak saja. Pada malam entah kapan, bersama Alfian, yang, ya
hampir samalah tingkahnya dengan Agung tapi Alfian ini lebih berani berkomitmen
dengan perempuan si, mereka merencanakan sesuatu yang, kecil si, tapi saya
yakin ini akan banyak berarti. Setidaknya, jika tidak terlalu berarti bagi kami,
hal ini akan sangat berarti bagi orang lain.
Alfian ngehubungin saya.
Berhubung saya tidak punya banyak kegiatan berarti di sini, tawarannya langsung
saya iyakan. Membantu mereka mewujudkan kodo ulang tahun ke-20 Kentingan,
dengan berbagi teman-teman di Panti. Dulu, di Solo kami pernah melakukannya.
Lalu adik-adik juga sepertinya meneruskannya. Bagaimana dengan para alumni?
Yang di Jakarta dan sekitarnya, khususnya. Kami, mereka berdua si sebenarnya,
mulai berbicara ke beberapa kawan lain melalui berbagai media. Tanggapan
positif. Oke, kami siap melakukannya. Kami ingin mengajak teman-teman alumni,
di mana saja, untuk mari berbagi menyalurkan donasi dan apa saja, bagi
kawan-kawan yang membutuhkan. Agak klise, tentu saja. Tapi apa salahnya dengan
berbagi?
Kami sempat berkumpul beberapa
minggu lalu. Agung dan Alfian mencari beberapa panti untuk baksos nanti. Ada
Rina dan saya, yang nantinya akan membantu publikasi dan membuka jaringan
komunikasi. Untuk donasi ini, kami memiliki angka target, tentu saja. Tapi kami
lebih percaya bahwa, keikhlasan seseorang dalam memberi lebih berarti dari pada
angka-angka yang kami targetkan tadi.
Kami juga ingin membuat kelas
bersama di sana. Banyak di antara kami yang sebelumnya sudah terbiasa bergabung
dalam kegiatan sosial semacam ini, sudah kami coba hubungi, dan mereka bersedia
memikirkan konsepnya bersama. Gambaran sementara, nanti akan ada kelas
apresiasi, sekedar saya atau siapa membacakan dongeng dan bercerita, nanti
adik-adik akan kami ajak untuk menceritakan ulang atau membuat ceritanya
sendiri. Kelas menggambar tentu akan seru. Atau kelas-kelas lain.
Untuk itu, kami juga sangat
terbuka jika donator-donatur nantinya, atau siapa saja, mau membagikan
buku-buku bacaan atau sekedar barang-barang layak pakai. Tas, sepatu, selimut,
baju, atau apa saja yang nilainya tentu akan lebih berguna bagi mereka.
Dan, kami berharap ini bukan
kegiatan sekali selesai. Ada harapan, untuk menjadikan kegiatan ini sebagai
agenda tahunan. Tentu saja, dengan dukungan teman-teman semua. Alumni Kentingan
angkatan apa saja. Pastinya, harapan terbesar kami adalah semoga kegiatan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Kami juga terbuka untuk semua
saran dan masukan untuk kesuksesan acara ini nantinya. Dan semoga waktu-waktu
selanjutnya. Sampai LPM Kentingan begitu tua dan alumninya banyak tersebar di
mana-mana.
Iya, LPM kami itu. Yang sekre-nya
jarang rapi itu, yang kadang bau karena tumpahan kopi bercampur dengan tumpahan
kuah indomie, yang dindingnya tidak pernah dicat lagi, akan berusia 20 tahun.
Jika Kentingan bisa menuliskan catatan ulang tahunnya sendiri, pasti dia akan
senang. Dengan gaya ala anak-anak seusianya, dia akan menulis seperti ini: “Maacih
y Tuhan, aq udh 20th and pya byk kawan2 yg hebat-hebat. Cemungudh
kakaks! Haphap!”
Selamat untuk LPM Kentingan,
selamat untuk kita semua.
No comments:
Post a Comment