Bapak...
Bapak
pasti sudah tidur. Mungkin berselimut sarung bergaris cokelat dan hijau,
terlelap hangat di depan tivi. Memeluk Lulu di kursi panjang, hingga Subuh
nanti datang.
Diyah
selalu tahu, hampir setiap malam bapak mengecek satu per satu kamar di rumah. Membuka
sedikit pintu kamar, mematikan lampu yg masih menyala terang, mengecilkan suara
radio yang sengaja dibiarkan hingga esok pagi menggantikan kokok ayam,
memastikan gorden tertutup rapat dan jendela terkunci benar, dan tentu saja:
merapatkan selimut biar kita tidak kedinginan dan tak memberi kesempatan nyamuk
makan. Meski sudah sempat terlelap, sebenarnya Diyah kadang sadar bapak datang,
tapi pura-pura tidak tahu. Selimutnya malah sengaja Diyah tendang-tendang,
karena pasti bapak yang akan merapatkannya lagi. Hhhi.
Karena
pasti bapak tahu benar, bapak punya anak-anak yang doyan tidur. Dan tidur
merupakan bagian yang penting dalam keseharian kita. Bapak selalu mengingatkan
untuk tidur cukup. Kalau malam kurang tidur, harus dibayar tidur siang. Atau kalau
memang benar-benar sibuk, berati besoknya harus meluangkan waktu tambahan untuk
tidur lebih banyak. Mempersiapkan tenaga lebih untuk hari esoknya lagi.
Bapak
akan bilang, kalau kita tidur malam bergerak tidak karuan, itu berarti karena kita
kecapekan atau karena tidak tidur siang. Gara-gara efek dibiasakan tidur siang
dari kecil, sampai sekarang bahkan Diyah selalu ngantuk di sekitar jam-jam
duaan. Beda ketika kuliah Bapak, dulu bisa banget pulang kapan aja dan tidur,
sekarang tidak. Tapi beruntung ruangan Diyah memungkinkan untuk tidur siang,
barang 10 atau 15 menit.
Dari
dulu, bapak tak pernah berhenti mengingatkan untuk tidur siang dan mengecek
kamar kita setiap malam. Sekarang bahkan bapak selalu memastikan Lulu ke kamar
mandi tiap tengah malam, biar dia tak ngompol terus. Kadang Diyah mengira, apakah
itu adalah ganti karena bapak tak pernah bersama kami sepanjang hari. Mungkin tidak,
Bapak?
Diyah
sering terbangun tengah malam, Bapak. Kadang, saking capeknya, Diyah tertidur
masih dengan seragam dan tanpa cuci muka. Kalau bapak tahu pasti bapak akan
berulang kali membangunkan. Kalau sudah terbangun, malamnya susah tidur sampai
pagi. Diyah nonton film. Salah satu hal yang tidak bapak suka, jika dulu kita
nonton film di tivi sampai pagi. Karena bapak hafal benar, kami sulit bangun
pagi. Diyah, Japra, dan bahkan Lulu selalu langganan telat masuk kelas. Maaf
ya, Bapak.
Sampai
sekarang, Diyah masih menendang apa saja yang bisa ditendang ketika tidur.
Berantakan. Untungnya kost sekarang dipannya kecil. Jadi tidak terlalu
kacau-kacau amat. Walaupun kadang rasanya terlalu sempit, terus Diyah akhirnya
tidur di lantai. Dan besoknya masuk angin, hha. Kadang lampu baca, pemutar
musik, kipas angin, juga laptop masih menyala hingga pagi. Diyah juga sering
lupa mengunci pintu, dan harus diingatkan teman kost berulang kali. Tidak ada
bapak yang mematikan benda-benca penyedot daya listrik itu, tapi biarin lah, si
ibu kost galak juga. Tapi entah kenapa malam ini Diyah ingat semuanya...
Karena,
kalau selama ini yang ada dalam kepala Diyah adalah: bapak itu orang galak dan
butuh keberanian ekstra untuk sekedar berbicara tentang sesuatu...atau bahkan
untuk ngobrol santai pun butuh persiapan tambahan. Malam ini rasanya Diyah
mengingat Bapak sebagai orang yang selalu memastikan lampu mati, dan kita semua
tidur dalam gelap yang tenang.
Kapan
terakhir kita ngobrol si Bapak? Oia, Lebaran kemarin. Tentang tiket bus yang
super mahal dan kenapa aku lebih senang PO yang baru beroperasi daripada PO bus
andalan bapak kalau ke Jakarta. Iya sih, lebih cepat sampai PO bus bapak, tapi
nggak nyaman. Dan lebih mahal PO bus Diyah, sampai Jakarta agak kesiangan dikit,
tapi super nyaman. Lagian PO bus bapak harus rebutan tiket bgt kalau mau turun
di Lebak Bulus, mana pernah eksekutifnya tiba-tiba diganti dengan bus biasa.
Sejak itu diyah nggak mau pake PO bus itu lagi. Lalu bapak becanda, ya nggak
papa ding mbak, kan sudah punya duit sendiri kan ya sekarang. Hmmm...sial
bapak.
Dan
tetep, bapak itu galak.
Tapi
tadi, pas Diyah bersiap tidur. Sedikit merapikan kamar, memakai kaus kaki, dan
mau mematikan lampu tidur, Diyah seketika ingat Bapak. Bapak yang selalu
memastikan kita tidur nyenyak, hangat, dan tak terbangun karena gigitan nyamuk.
Bagaimana
kalau nanti tak lagi ada bapak yang mematikan lampu dan memastikan selimut
terpasang rapat?
Mungkin
bapak semakin menua, dan itu pasti, dan bapak sudah terlalu lelah untuk bangun
lebih malam demi memastikan lampu tidur kami benar-benar gelap padam. Mungkin
kami tak lagi di rumah dan memang lampu kamar kami tak pernah menyala di malam
hari. Dan mungkin juga, bisa jadi, nanti bapak tak lagi berani membuka kamar
kami, bukan karena tak mau, tapi mungkin bapak tak lagi perlu mematikan lampu
kamar kami lagi, karena bapak kira tidak perlu, tapi mungkin bisa jadi itu
tetap perlu.
Bapak,
kenapa waktu begitu cepat berlalu yah, Bapak?
Rasanya
baru kemarin Bapak menegur Diyah, agar tidak tidur meringkuk karena nanti kalau
besar badan jadi bungkuk. Bapak, sekarang Diyah sudah besar dan benar diyah
agak sedikit membungkuk. Dan masih bisa tidur meringkuk di kursi kecil, lho ;)
Bapak
jangan cepat tua ya...bapak boleh tetap galak. Boleh. Bapak boleh masih membentak
Diyah, yang Diyah balas bentak, yang bapak balas lagi, lalu Diyah banting pintu
masuk kamar, demi boleh pacaran. Hhha. Tapi itu kayaknya nggak mungkin terjadi
lagi si...
Bapak
masih boleh membentak Diyah pak. Masih. Makanya, bapak harus sehat terus Pak...dan
mulai lebih rajin bersepeda pak. Mengingatkan kami untuk jangan terlalu banyak
makan micin dan jajan di luar, mending masak tengah malam tapi sehat, kata
bapak. Bapak yang sehat. Bapak yang sehat... Selamat ulang tahun Bapak.
Semoga
bapak tidur nyenyak malam ini. Tanpa mimpi apapun, karena semoga mimpi-mimpi
bapak sudah berkurang satu per satu, dan malam ini bapak tenang tak
menginginkan apa pun. Tidur bapak lelap sampai pagi, tak ada satu pun nyamuk
berani hinggap karena toh darah bapak tak enak, tak ada gulanya. Semoga yah
bapak. Amin.
Diyah
sudah bisa mematikan lampu sendiri kok, Bapak. Seperti diyah juga pasti bisa
jaga diri sendiri, seperti pesan bapak berkali-kali. Cuma memang masih suka
lupa dan agak ceroboh. Tapi pasti bisa...:)
Selamat
malam, Bapak.
tulisan yg ini sukses bikin aku mbrabak diyahh, jadi inget papa dengan segala kebiasaan2 yang hampir sama ketika beliau masih ada.
ReplyDeleteSalam ya buat Bapak kamu,Semoga selalu seger kewarasan.
gara2 twit kamu barusan jd iseng stalking blog mu , hehe :D
ahahhaaa.. mbak Rikaaaa.. begitulah bapak2... hhhi.
ReplyDeletestalking aja mbak, stalkingin aku mbak... stalkingin akuuuuh... :D